kerajaan tertua – Sejarah Lengkap Sejarahwan Mon, 16 Jul 2018 07:45:28 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.5.5 13 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Gambarnya (#Lengkap) /indonesia/kerajaan/peninggalan-kerajaan-sriwijaya Tue, 04 Jul 2017 09:25:28 +0000 /?p=735 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dicatat dalam sejarah Dinasti Tang dikatakan jika di abad ke-7, pantai Timur Sumatera Selatan sudah berdiri Kerajaan Sriwijaya atau She-li-fo-she dan sumber ini diperoleh dari 6…

The post 13 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Gambarnya (#Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dicatat dalam sejarah Dinasti Tang dikatakan jika di abad ke-7, pantai Timur Sumatera Selatan sudah berdiri Kerajaan Sriwijaya atau She-li-fo-she dan sumber ini diperoleh dari 6 buah prasasti yang ditemukan tersebar di wilayah Sumatera bagian Selatan dan juga Pulau Bangka dan Belitung. Dalam sumber asing dijelaskan banyak sekali tentang Kerajaan Sriwijaya seperti dari Prasasti Ligor yang di bangun pada tahun 775 Masehi di Pantai Timur Thailand bagian Selatan, Prasasti Nalanda pada abad pertengahan ke-9 dan juga prasasti Tanjore pada 1030 Masehi di India.

Artikel terkait:

Peninggalan Kerajaan Sriwijaya

Di sekitar tahun 425, agama Buddha sudah diperkenalkan di Sriwijaya lebih tepatnya di Palembang dan sudah banyak para peziarah serta peneliti dari berbagai negara di Asia seperti pendeta Tiongkok I Ching yang berkunjung ke Sumatera dalam perjalanan studinya ke universitas Nalanda. Ia menulis jika Sriwijaya menjadi rumah bagi ribuan sarjana Budha. Berikut ini kami berikan ulasan mengenai peninggalan Kerajaan Sriwijaya secara lengkap, silahkan dilihat dibawah ini.

1. Prasasti Kota Kapur

Peninggalan Kerajaan SriwijayaPrasasti Kota Kapur yang merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat yang ditulis dengan memakai bahasa Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Prasasti ini ditemukan oleh J.K Van der Meulen tahun 1892 dengan isi yang menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah atau pertintah dari kekuasaan Raja Sriwijaya. Prasasti ini kemudian diteliti oleh H.Kern yang merupakan ahli epigrafi berkebangsaan Belanda yang bekerja di Bataviaasch Genootschap di Batavia. Awalnya ia beranggapan jika Sriwijaya merupakan nama dari seorang raja. George Coedes lalu mengungkapkan jika Sriwijaya adalah nama dari Kerajaan di Sumatera abad ke-7 Masehi yang mrupakan Kerajaan kuat dan pernah berkuasa di bagian Barat Nusantara, Semenanjung Malaya serta Thailand bagian Selatan.

Sampai tahun 2012, Prasasti Kota Kapur ini masih ada di Rijksmuseum yang merupakan Museum Kerajaan Amsterdam, Belanda dengan status dipinjamkan oleh Museum Nasional Indonesia. Prasasti Kota Kapur ini ditemukan lebih dulu sebelum prasasti Kedukan Bukit serta Prasasti Talang Tuwo. Dari Prasasti ini Sriwijaya diketahui sudah berkuasa atas sebagian wilayah Sumatera, Lampung, Pulau Bangka dan juga Belitung. Dalam Prasasti ini juga dikatakan jika Sri Jayasana sudah melakukan ekspedisi militer yakni untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak mau tunduk dengan Sriwijaya. Peristiwa ini terjadi hampir bersamaan dengan runtuhnya Taruma di Jawa bagian Barat dan juga Kalingga atau Holing di daerah Jawa bagian Tengah yang kemungkinan terjadi karena serangan dari Sriwijaya. Sriwijaya berhasil tumbuh serta memegang kendali atas jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Laut Cina Selatan, Selat Sunda, Laut Jawa serta Selat Karimata.

Artikel terkait:

2. Prasasti Ligor

Prasasti LigorPrasasti Ligor ditemuan di Nakhon Si Thammarat, wilayah Thailand bagian Selatan yang memiliki pahatan di kedua sisinya. Pada bagian sisi pertama dinamakan Prasasti Ligor A atau manuskrip Viang Sa, sementara di sisi satunya merupakan Prasasti Ligor B yang kemungkinan besar dibuat oleh raja dari wangsa Sailendra yang menjelaskan tentang pemberian gelar Visnu Sesawarimadawimathana untuk Sri Maharaja. Prasasti Ligor A menceritakan tentang Raja Sriwijaya yang merupakan raja dari semua raja di dunia yang mendirikan Trisamaya Caitya untuk Kajara. Sedangkan pada Prasasti Ligor B yang dilengkapi dengan angka tahun 775 dan memakai aksara Kawi menceritakan tentang nama Visnu yang memiliki gelar Sri Maharaja dari keluarga Śailendravamśa dan mendapatk julukan Śesavvārimadavimathana berarti pembunuh musuh yang sombong sampai tak tersisa.

Artikel terkait:

3. Prasasti Palas Pasemah

Prasasti Palas Pasemah ditemukan di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung yang ditulis dengan memakai bahasa Melayu Kuno aksara Pallawa dan terdiri dari 13 baris tulisan. Isi dari prasasti ini menjelaskan tentang kutukan dari orang yang tidak mau tunduk dengan kekuasaan Sriwijaya. Jika dilihat dari aksara, Prasasti Palas Pasemah ini diduga berasal dari abad ke-7 Masehi.

4. Prasasti Hujung Langit

Prasasti Hujung Langit merupakan Prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan pada sebuah desa bernama Desa Haur Kuning, Lampung dan juga ditulis dalam bahasa Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Isi dari prasasti ini tidak terlalu jelas sebab kerusakan yang terjadi sudah cukup banyak, namun diperkirakan berasal dari tahun 997 Masehi dan isinya tentang pemberian tanah Sima.

5. Prasasti Telaga Batu

Peninggalan Kerajaan SriwijayaPeninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti telaga batu. Prasasti Telaga Batu ditemukan di kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang tahun 1935 yang berisi tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedautan Sriwijaya dan kini disimpan pada Museum Nasional Jakarta. Di sekitar lokasi penemuan Prasasti Telaga Batu ini juga ditemukan Prasasti Telaga Batu 2 yang menceritakan tentang keberadaam sebuah vihara dan pada tahun sebelumnya juga ditemukan lebih dari 30 buah Prasasti Siddhayatra yang juga sudah disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti Telaga Batu dipahat di batu andesit dengan tinggi 118 cm serta lebar 148 cm.

Pada bagian atas prasasti ada hiasan 7 buah kepala ular kobra serta di bagian tengah terdapat pancuran tempat mengalirnya air pembasuh. Tulisan pada prasasti ini memiliki 28 baris dengan huruf Pallawa dan memakai bahasa Melayu Kuno. Secara garis besar, isi dari tulisan ini adalah tentang kutukan untuk mereka yang berbuat kejahatan di kedatuan Sriwijaya dan tidak mematuhi perintah dari datu. Casparis lalu mengemukakan pendapat jika orang yang termasuk berbahaya dan juga bisa melawan kedatuan Sriwijaya perlu untuk disumpah yakni putra raja (rājaputra), menteri (kumārāmātya), bupati (bhūpati), panglima (senāpati), Pembesar/tokoh lokal terkemuka (nāyaka), bangsawan (pratyaya), raja bawahan (hāji pratyaya), hakim (dandanayaka), ketua pekerja/buruh (tuhā an vatak = vuruh), pengawas pekerja rendah (addhyāksi nījavarna), ahli senjata (vāsīkarana), tentara (cātabhata), pejabat pengelola (adhikarana), karyawan toko (kāyastha), pengrajin (sthāpaka), kapten kapal (puhāvam), peniaga (vaniyāga), pelayan raja (marsī hāji), dan budak raja (hulun hāji).

Prasasti ini menjadi prasasti kutukan lengkap sebab juga dituliskan nama pejabat pemerintahan dan menurut dugaan beberapa ahli sejarah, orang yang terulis di dalam prasasti juga tinggal di Palembang yang merupakan ibukota kerajan. Sedangkan Soekmono beranggapan jika tidak mungkin Sriwijaya berasal dari Palembang sebab adanya kutukan kepada siapa pun yang tidak patuh pada kedatuan dan juga mengusulkan Minanga seperti yang tertulis pada prasasti Kedukan Bukit yang diasumsikan berada di sekitar Candi Muara Tikus ibukota Sriwijaya.

Artikel terkait:

6. Prasasti Kedukan Bukit

Peninggalan Kerajaan SriwijayaPrasasti Kedukan Bukit ditemukan tanggal 29 November 1920 oleh M. Batenburg di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, lebih tepatnya di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. Prasasti ini memiliki ukuran 45 cm x 80 cm memakai bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Isi dari prasasti ini menceritakan tentang seorang utusan Kerajaan Sriwijaya yakni Dapunta Hyang yang mengadakan Sidhayarta atau perjalanan suci memakai perahu. Dalam perjalanan tersebut, ia didampingi dengan 2000 pasukan dan berhasil menaklukan beberapa daerah lainnya dan prasasti tersebut kini juga tersimpan di Museum Nasional Jakarta.

Di baris ke-8 prasasti ini ada unsur tanggal, akan tetapi pada bagian akhir sudah hilang yang seharusnya diisi dengan bulan. Berdasarkan dari data fragmen prasasti No. D.161 yang ditemukan pada situs Telaga Batu, J.G de Casparis serta M. Boechari diisi dengan nama bulan Asada sehingga penangalan prasasti tersebut menjadi lengkap yakni hari e-5 paro terang bulan Asada yang bertepatan dengan tanggal 16 Juni 682 Masehi. George Cœdès berpendapat jika siddhayatra memiliki arti ramuan bertuah namun juga bisa diartikan lain. Dari kamus Jawa Kuno Zoetmulder tahun 1995 berarti sukses dalam perjalanan dan bisa disimpulkan jika isi prasasti adalah Sri Baginda yang naik sampan untuk melaksanakan penyerangan sudah sukses melakukan perjalanan tersebut.

Dari Prasasti Kedukan Bukit ini diperoleh data yakni Dapunta Hyang yang berangkat dari Minanga lalu menaklukan kawasan dimana ditemukan prasasti tersebut yakni Sungai Musi, Sumatera Selatan. Dengan kemiripan bunyi, maka ada juga yang beranggapan jika Minanga Tamwan merupakan Minangkabau yaitu eilayah pegunungan di hulu Sungai Batanghari. Sebagian lagi berpendapat jika Minanga tidak sama seperti Melayu dan kedua wilayah tersebut berhasil ditaklukan oleh Dapunta Hyang. Sedangkan Soekmono beranggapan jika Minanga Tamwan berarti pertemuan 2 sungai sebab tawan memiliki arti temuan yaitu pertemuan dari Sungai Kampar Kanan dengan Sungai Kampar Kiri di Riau yang merupakan wilayah di sekitar Candi Muara Tikus.

Sebagian lagi berpendapat jika Minanga berubah tutur menjadi Binanga yakni sebuah kawasan yang ada di hilir Sungai Barumun, Sumatera Utara, sedangkan pendapat lainnya beranggapan jika armada yang dipimpin Jayanasa berasal dari luar Sumatera yaitu Semenanjung Malaya. Dalam bukunya, Kiagus Imran Mahmud menuliskan jika Minanga tidak mungkin berarti Minangkabau sebab istilah ini baru ada sesudah masa Sriwijaya dan ia juga berpendapat jika Minanga yang dimaksud merupakan pertemuan dari 2 sungai di Minanga yaitu Sungai Komering dan juga Lebong, Tulisan Matayap memang tidak terlalu jelas sehingga mungkin yang dimaksud adalah Lengkayap yakni sebuah daerah di Sumatera Selatan.

Artikel terkait:

7. Prasasti Talang Tuwo

Peninggalan Kerajaan SriwijayaPada kaki Bukit Seguntang tepi bagian utara Sungai Musi, Louis Constant Westenenk yang merupakan seorang residen Palembang menemukan sebuah Prasasti pada 17 November 1920. Prasasti yang disebut dengan Talang Tuwo ini berisi tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran Budha yang dipakai pada masa Sriwijaya kala itu merupakan aliran Mahayana dan ini dibuktikan dengan penggunaan kata khas aliran Budha Mahayana seperti Vajrasarira, Bodhicitta, Mahasattva serta annuttarabhisamyaksamvodhi.

Prasasti ini masih dalam keadaan yang baik dan ditulis pada bidang datar berukuran 50 cm x 80 cm berangka 606 Saka atau 23 Maret 684 Masehi berbahasa Melayu Kuno dan ditulis dengan aksara Pallawa. Prasasti ini memiliki 14 baris kalimat dan sarjana pertama yang sudha berhasil menerjemahkan prasasti tersebut adalah Van Ronkel serta Bosh yang sudah dimuat pada Acta Orientalia. Prasasti ini kemudian disimpan pada Museum Nasional Jakarta mulai tahun 1920. Prasasti ini menceritakan tentang pembangunan taman oleh Raja Sriwijaya yakni Sri Jayanasa yang dibuat untuk rakyat pada abad ke-7. Dalam prasasti tertulis jika taman berada di tempat dengan pemandangan sangat indah dan lahan yang dipakai memiliki bukit serta lembah. Pada dasar lembah juga mengalir sungai menuju Sungai Musi. Taman ini dinamakan Taman Sriksetra yang juga ada dalam prasasti.

Dalam Prasasti Talang Tuwo ini dituliskan niat dari Baginda yakni, Semoga yang ditanam di sini, pohon kelapa, pinang, aren, sagu, dan bermacam-macam pohon, buahnya dapat dimakan, demikian pula bambu haur, waluh, dan pattum, dan sebagainya; dan semoga juga tanaman-tanaman lainnya dengan bendungan-bendungan dan kolam-kolamnya, dan semua amal yang saya berikan, dapat digunakan untuk kebaikan semua mahluk, yang dapat pindah tempat dan yang tidak, dan bagi mereka menjadi jalan terbaik untuk mendapatkan kebahagiaan.”  “Jika mereka lapar waktu beristirahat atau dalam perjalanan, semoga mereka menemukan makanan serta air minum. Semoga semua kebun yang mereka buka menjadi berlebih (panennya). Semoga suburlah ternak bermacam jenis yang mereka pelihara, dan juga budak-budak milik mereka.” “Semoga mereka tidak terkena malapetaka, tidak tersiksa karena tidak bisa tidur. Apa pun yang mereka perbuat, semoga semua planet dan rasi menguntungkan mereka, dan semoga mereka terhindar dari penyakit dan ketuaan selama menjalankan usaha mereka.” Dan juga semoga semua hamba mereka setia pada mereka dan berbakti, lagi pula semoga teman-teman mereka tidak mengkhianati mereka dan semoga istri mereka bagi istri yang setia. Lebih-lebih lagi, di mana pun mereka berada, semoga di tempat itu tidak ada pencuri, atau orang yang mempergunakan kekerasan, atau pembunuh, atau penzinah dan seterusnya.

Artikel terkait:

8. Prasasti Leiden

Prasasti Leiden juga menjadi peninggalan bersejarah Kerajaan Sriwijaya yang ditulis pada lempengan tembaga dalam bahasa Sansekerta serta Tamil dan pada saat ini Prasasti Leiden ada di museum Belanda dengan isi yang menceritakan tentang hubungan baik dari dinasti Chola dari Tamil dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya, india Selatan.

9. Prasasti Berahi

Prasasti BerahiPrasasti Berahi ditemukan oleh Kontrolir L.M. Berhout tahun 1904 di tepi Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi. Seperti pada Prasasti Telaga Batu, Prasasti Kota Kapur dan juga Prasasti Palas Pasemah dijelaskan tentang kutukan untuk mereka yang melakukan kejahatan dan tidak setia dengan Raja Sriwijaya. Prasasti ini tidak dilengkapi dengan tahun, akan tetapi bisa diidentifikasi memakai aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno dengan isi mengenai kutukan untuk orang yang tidak setia dan tidak tunduk dengan Driwijaya seperti pada Prasasti Gunung Kapur dan Prasasti Telaga Batu.

Pak Natsir mengemukakan pendapat jika Prasasti Karang berahi ditemukan pada lokasi berdekatan dengan struktur bata kuno yang sekarang digunakan sebagai lokasi pemakaman. Dari cerita di Dusun Batu Bersurat, dulu Prasasti Karangberahi ditemukan oleh cucu Temenggung Lakek pada tahun 1727 yang dimana pada masa tersebut, Dusun Batu Bersurat disebut dengan Dusun Tanjung Agung. Anak Temenggung Lakek yang bernama Jariah lalu membawa batu Prasasti Karangberahi ke masjid Asyobirin di dekat aliran Batang Merangin dan pada masa Belanda, Batu Prasasti dipindahkan ke Kota Bangko dan ditempatkan di halaman kantor residen yang saat ini digunakan sebagai Kantor Dinas Budpar Kabupaten Merangin. Saat masa penjajahan Jepang, masyarakat Karang Berahi minta agar batu tersebut dikembalikan ke Desa Karang Berahi dan dikabulkan oleh Jepang yang kemudian dikembalikan ke lingkungan masjid Asobirin di tepi Batang Merangin.

Artikel terkait:

10. Candi Muara Takus

Peninggalan Kerajaan SriwijayaPeninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah Candi Muara Takus. Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia yang dikelilingi dengan tembok 74 x 74 meter terbuat dari batu putih ketinggian lebih kurang 80 cm. Candi ini sudah ada sejak jaman keemasan Kerajaan Sriwijaya dan menjadi salah satu pusat pemerintahan Kerajaan tersebut. Candi ini terbuat dari batu pasir, batu bata dan batu sungai yang berbeda dengan candi kebanyakan di Jawa yang terbuat dari batu andesit. Bahan utama membuat Candi Muara Takus ini adalah tanah liat yang diambil dari desa Pongkai. Dalam kompleks ini terdapat sebuah stupa berukuran besar dengan bentuk menara yang sebagian besar terbuat dari batu bata dan batu pasir kuning dan di dalam bangunan Candi Muara Takus juga terdapat bangunan candi yakni Candi Bungsu, Candi Tua, Palangka dan juga Stupa Mahligai.

Arsitektur dari Candi Muara Takus ini sangat unik sebab tidak ditemukan pada wilayah Indonesia yang lain dan memiliki kesamaan bentuk dengan Stupa Budha di Myanmar, Vietnam serta Sri Lanka sebab pada stupa mempunyai ornamen roda serta kepala singa yang hampir ditemukan juga di semua kompleks Candi Muara Takus.

11. Candi Muaro Jambi

Peninggalan Kerajaan SriwijayaKompleks Candi Muaro Jambi merupakan kompleks candi terluas di Asia Tenggara yakni seluas 3981 hektar dan kemungkinan besar adalah peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya serta Kerajaan Melayu. Candi Mauaro Jambi terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro nJambi, Jambi, indonesia di tepi Batang Hari. Kompleks candi ini pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh letnan inggris bernama S.C. Crooke saat melakukan pemetaan daerah aliran sungai untuk keperluan militer. Kemudian pada tahun 1975, pemerintah Indonesia melakukan pemugaran serius dipimpin oleh R. Soekmono. Dari aksara Jawa Juno yang terdapat dari beberapa lempengan yang juga ditemukan, seorang pakar epigrafi bernama Boechari menyimpulkan jika candi tersebut merupakan peninggalan dari abad ke-9 sampai 12 Masehi.

Dalam kompleks candi ini terdapat 9 buah candi yang baru mengalami proses pemugaran yakni Gedong Satu, Kembar Batu, Kotomahligai, Gedong Dua, Tinggi, Gumpung, Candi Astano, Kembang Batu, Telago Rajo dan juga Kedaton. Dalam kompleks Candi Muaro Jambi tidak hanya ditemukan beberapa buah candi saja, namun juga ditemukan parit atau kanal kuno buatan manusia, kolam penampungan air dan juga gundukan tanah yang pada bagian dalamnya terdapat struktur bata kuno. Dalam kompleks candi ini setidaknya terdapat 85 buah menapo yang dimiliki oleh penduduk setempat.

12. Candi Bahal

Peninggalan Kerajaan SriwijayaCandi Bahal, Candi Portibi atau Biaro Bahal merupakan kompleks candi Buddha dengan aliran Vajrayana yang ada di Desa Bahal, kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara.

Candi ini terbuat dari material bata merah yang pada bagian kaki candi terdapat hiasan berupa papan berkeliling dengan ukiran tokoh yaksa berkepala hewan yang sedang menari. Wajah penari tersebut memakai topeng hewan seperti upacara di Tibet dan diantara papan tersebut ada hiasan berupa ukiran singa yang sedang duduk.

Candi ini juga sangat cocok untuk dijadikan destinasi saat anda berkunjung ke sumatera karena keindahannya yang sangat mencolok. Selain itu anda juga dapat melestarikan budaya di indonesia.

13. Gapura Sriwijaya

Gapura Sriwijaya terletak di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Dalam situs Gapura Sriwijaya ini terdapat 9 Gapura akan tetapi sampai saat ini baru ditemukan sebanyak 7 gapura saja. Keadaan gapura pada situs ini sudah dalam keadaan roboh karena kemungkinan disebabkan oleh faktor alam seperti erosi, gempa dan lainnya. Reruntuhan Gapura Sriwijaya ini berbentuk bebatuan segi lima memanjang dengan tanda cekungan bentuk oval ke dalam pada salah satu bagian sisi batu. Tanda cekungan ini merupakan pengunci supaya batu bisa disatukan atau ditempel.

Baca Juga :

Demikian ulasan lengkap yang bisa kami berikan mengenai peninggalan Kerajaan Sriwijaya. Masih banyak barang bersejarah lainnya dari Kerajaan Sriwijaya yang sudah ditemukan seperti perhiasan, peralatan upacara, peralatan perang dan sebagainya. Semoga bisa menambah pengetahuan kamu seputar sejarah kerajaan-kerajaan di Indonesia.

The post 13 Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Gambarnya (#Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Kerajaan Majapahit – Kondisi Politik, Masa Kejayaan dan Keruntuhan. /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-majapahit /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-majapahit#respond Sat, 23 Jul 2016 05:59:08 +0000 /?p=20 Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia didirikan oleh Raden Wijaya 10 november 1293 Masehi di Jawa Timur. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya…

The post Sejarah Kerajaan Majapahit – Kondisi Politik, Masa Kejayaan dan Keruntuhan. appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan terbesar di Indonesia didirikan oleh Raden Wijaya 10 november 1293 Masehi di Jawa Timur. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di Semenanjung Malaya yang luas wilayahnya hingga Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, dan Filiphina.

Sejarah kerajaan majapahit awal berdirinya kerajaan majapahit ialah dari runtuhnya kerajaan Singasari yang merupakan kerajaan paling kuat di Jawa saat itu. Kekuatan kerajaan Singasari sampai mengambil perhatian penguasa di Tiongkok, bernama Kubilai Khan yang mengirimkan utusannya bernama Meng Chi ke kerajaan Singasari untuk menuntut upeti dan meminta kerajaan Singasari  untuk takluk ke Cina. Raja Kertanegara yang saat itu sedang memerintah kerajaan Singasari menolak tawaran tersebut sampai mempermalukan Meng Chi dan merusak wajahnya. Mendengar hal itu, Kubilai Khan marah besar dan berangkat ke pulau Jawa tahun 1293.

Sesampainya di pulau Jawa, Kubalai Khan dan bala tentaranya mengetahui ternyata Raja Kertanegara telah dibunuh oleh sepupu, ipar sekaligus besannya sendiri yaitu Raja Jayakatwang untuk membalas dendam karena leluhurnya Raja Kertajaya dibunuh oleh Ken Arok (Pendiri kerajaan Singasari).

Mengetahui bahwa mertuanya Raja Kertanegara telah terbunuh, Raden Wijaya bersama pengikutnya mengungsi ke Madura dan meminta perlindungan dari Wiraraja, adipati Sumenep. Raden Wijaya dan pengikutnya diterima baik oleh Wiraraja.

Awal Berdirinya Kerajaan Majapahit

  • Menyerahkan diri ke Jayakatwang

Atas usul dari Wiraraja, Raden Widjaya kembali ke Kediri dan menyerahkan diri untuk mengabdi kepada Jayakatwang. Raden Wijaya selalu menunjukan sikap yang baik dan setia kepada Jayakatwang, sehingga ia mendaptkan kepercayaan. Mengetahui Jayakatwang suka berburu, Raden Wijaya mengajukan usul untuk membuka hutan Tarik, dengan alasan untuk mempermudah perburuan.

  • Desa Majapahit  dimulai dari hutan Tarik

Setelah mendapatkan ijin dari Jayakatwang, Raden Wijaya pun menebang hutan Tarik dengan dibantu orang-orang Madura yang dikirim oleh Wiraraja. Menurut Pararaton dijelaskan ketika orang-orang madura melakukan penebangan hutan, mereka memakan buah maja yang ada di dalam hutan dan buah itu terasa pahit. Sejak saat itulah orang-orang menyebut tempat pemukiman baru itu dengan nama Majapahit, kata “maja” diambil dari nama buah dan “pahit” dari rasa buah itu.

Dikarenakan lokasi Majaphit yang strategis, tidak jauh dari sungai Brantas maka banyak penduduk yang berdatangan dan menetap disana. Ditambah lagi orang-orang madura yang membantu membuka hutan juga menetap di Majapahit. Sehingga dalam waktu yang cepat, Majapahit menjadi desa yang ramai.

  • Terbentuknya kerajaan Majapahit

Raden Wijaya mulai mengatur strategi untuk melawan kekuasaan Raja Jayakatwang karena sudah merebut tahta keluarganya. Hubungan rahasia dengan Wiraraja terus berjalan untuk siasat penyerangan. Di Madura, Wiraraja juga sudah menyiapkan pasukan untuk dikirim ke Majapahit melawan Kediri jika sewaktu-waktu dibutuhkan. Masih dalam tahun 1293 setibanya di Pulau Jawa dan mengetahui perubahan politik yang terjadi. Pimpinan tentara Mongol mengirim tiga perwira ke Majapahit dan bertemu dengan Raden Wijaya.

Kedatangan Mongol dimanfaatkan dengan baik oleh Raden Wijaya untuk mencapai tujuannya menjatuhkan kekuasaan Jayakatwang.Tentara Mongol pun menerima tawaran Raden Wijaya untuk menghancurkan Jayakatwang, bersama tentara Madura yang dipimpin oleh Wiraraja. Dalam pertempuran ini Kediri berhasil dikalahkan dan Raja Jayakatwang ditawan dan dibunuh. Hancurlah kekuasaan Kediri dengan roda pemerintahan Jayakatwang yang hanya satu tahun.

Setelah peperangan berakhir, Raden Wijaya memutuskan kembali ke Majapahit dan secara mendadak berbalik menyerang tentara Mongol. Tentara mongol yang mendapatkan serangan mendadakpun menderita kekalahan besar dan kembali ke negerinya. Dengan hancurnya kekuasaan Jayakatwang dan tentara Mongol kembali ke negaranya, maka tercapailah perjuangan Raden Wijaya untuk mendirikan kerajaan baru, yaitu  kerajaan Majapahit pada tahun 1293.

Kondisi politik kerajaan Majapahit

  1. Raden Wijaya

Pada tahun 1293 Raden Wijaya merupakan Raja Majapahit pertama dengan gelar Kartarajasa Jayawardha dan mulai menyusun roda pemerintahannya. Semua pengikutnya yang setia dan selalu berjasa dalam masa-masa perjuangannya diangkat memiliki jabatan tertinggi dalam roda pemerintahannya. Wiraraja yang memiliki jasa besar dalam berdirinya kerajaan Majapahit diberikan tahta tertinggi dan wilayah kekuasaan di Majapahit bagian timur, yaitu daerah Lumajang sampai Blambangan.

Raden Wijaya mampu membuat roda pemerintahan yang kuat dan stabil dan membuat kerajaan terus berkembang. Hingga akhirnya pada tahun 1309 Raden Wijaya wafat dan didharmakan dalam candi Siwa disamping candi Sumberjati.

2. Jayanegara

Raden Wijaya memerintah kerajaan Mapahit dari tahun 1293-1309 Masehi dan di gantikan oleh putranya yaitu Jayanegara yang memerintah dari tahun 1309 sampai dengan 1328 Masehi. Jayanegara menerima tahta ketika usianya masih 15 tahun, berbeda dengan ayahnya, Jayanegara tidak mempunyai kemampuan dalam menjalankan roda pemerintahan. Sehingga ia dijuluki “Kala Gemet” yang artinya lemah dan jahat.

Selama masa pemerintahan Jayanegara banyak pemberontakan dimana-mana, salah satu dari pemberontakan itu di lakukan oleh seorang kepercayaan raja bernama Ra Kuti. Namun pemberontakan yang di lakukan oleh Ra Kuti berhasil digagalkan oleh Gajah Mada, seorang pasukan pengawal raja. Gajah Mada berhasil menyelamatkan Jayanegara dan mengungsikannya ke sebuah desa bernama badander. Namun malangnya, Jayanegara wafat karena operasi yang di lakukan seorang tabib bernama Tancha, yang sudah menaruh dendam terhadap Jayanegara. Mengetahui hal itu, Tancha pun dibunuh oleh Gajah Mada.

Karena Jayanegara tidak mempunyai keturunan yang bisa menggantikan kekuasaannya, maka tahtanya digantikan oleh adiknya yang bernama Gayatri, dengan gelar Tribuana Tunggadewi dari tahun 1328 Masehi-1350 Masehi.

3. Tribuana Tunggadewi

Saat masa pemerintahan Gayatri atau Tribuana Tunggadewi, sekitar tahun 1331 Masehi sempat terjadi pemberontakan kembali di sadeng dan keta, Jawa Timur. Pemberontakkan yang terjadi berhasil diselesaikan oleh Gajah Mada. Atas segala jasa yang dilakukan Gaja Mada, ia diangakat menjadi Mahapatih di kerajaan Majapahit.

Pada saat pengangkatannya Gajah Mada menjadi Mahapatih, ia membuat sumpah yang sangat terkenal dengan sumpah palapa. Yang isinya mengatakan bahwa Gajah mada tidak akan bersenang-senang sebelum mampu menyatukan nusantara.

4. Hayam Wuruk dan Gajah Mada

Pada tahun 1350 Masehi, Tribuana Tunggadewi meninggal dan tahtanya beralih ke putranya yang bernama Hayam Wuruk yang memerintah dari tahun 1350 Masehi-1389 Masehi. kerajaan Majapahit berkembang besar dan pesat sejak masa pemerintahan Hayam Wuruk dan mahapatihnya Gajah Mada.

Puncak kejayaan kerajaan  Majapahit

Hayam Wuruk bersama mahapatihnya, Gajah Mada berhasil membawa kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaannya dari tahun 1350-1389 Masehi. Selama masa pemerintahannya, kerajaan Majapahit menguasai banyak wilayah dan memilki hubungan sampai ke luar negri seperti Campa, Kamboja, Siam, Birma selatan, Vietnam bahkan sampai mengirim duta-duta kerajaan Majapahit ke Tiongkok. Pada masa itu luas wilayah kerajaan Majapahit sama dengan wilayah Indonesia yang sekarang.

Ditambah pula dengan perkembangan karya sastra, kemajemukan budaya, agama dan adat istiadat yang mengalami kemajuan pesat dan perubahan yang membuat kerajaan Majapahit semakin disegani. Pada tahun 1355 Masehi  sudah ada dua kitab terkenal, yaitu kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca, kitab Sutasoma dan kitab Arjunawijaya yang ditulis oleh Mpu tantular.

  • Wafatnya Gajah Mada

Menurut kitab Kakawin Nagarakretagama, Hawam Wuruk selepas upacara keagamaan di Simping menjumpai Gajah Mada sedang sakit. Lalu disebutkan telah meninggal dunia tahun 1364 Masehi. Raja Hayam Wuruk merasa sangat kehilangan orang yang sangat dipercayainya dalam memerintah kerajaan.

Kurang lebih hampir tiga tahun jabatan yang ditinggalkan Gajah Mada dibiarkan kosong, tidak ada yang sanggup menggantikannya sebagai patih kerajaan yang amat setia. Akhirnya atas saran kerajaan, Raja Hayam Wuruk pun megadakan sidang Dewan Sapta Prabu untuk mencari pengganti mahapatih kerajaan Majapahit.

Sampai kemudian Raja Hayam Wuruk memilih empat Mahamantri Agung dibawah pimpinan Punala Tanding untuk membantunya mengurus urusan negara. Akan tetapi hal ini hanya berlangsung sebentar, Mereka berempat digantikan oleh dua orang menteri yaitu Gajah Enggon dan Gajah Manguri. Sampai akhirnya Raja Hayam Wuruk mengangkat Gajah Enggon sebagai Patih Mangkubumi menggantikan posisi dari Gajah Mada.

  • Perebutan kekuasaan setelah wafatnya Hayam Wuruk

Pada tahun 1389, setelah menjalankan pemerintahan kerajaan Majapahit dengan gemilang, Hayam Wuruk meninggal dunia di usia 55 tahun. Setelah wafatnya Hayam Wuruk, kerajaan Majapahit pelan-pelan melemah akibat perebutan tahta. Kekuasaan kerajaan Majapahit diambil alih oleh putrinya yaitu Kusumawardhani (Putri Mahkota yang lahir dari permaisuri Paduka Sori) yang menikah dengan Wikramawardhana (Bhra Hyan Wisesa), yang merupakan keponakan dan sekaligus menantu dari raja Hayam Wuruk. Dan Wikramawardhana lah yang tercatat dalam sejarah menjalankan roda pemerintahankerajaan Majapahit.

5. Wikramawardhana

Wikramawardhana memulai masa pemerintahannya tahun 1389, Awalnya Wikramawardhana berkeinginan kelak tahtanya digantikan oleh anaknya Hyang Wekasing Suka (anak dari pernikahannya dengan Wikramawardhana dan Kusumawardhani). Namun Hyang Wekasing Suka meninggal pada tahun 1400 Masehi. Akhirnya Wikramawardhana memutuskan Suhita (anak dari isteri keduanya, yaitu Bhre Mataram) yang menggantikan tahtanya, karena Wikramawardhana ingin mengundurkan diri dari pemerintahan dan menjadi pendeta (Bhagwan).

  • Terjadi Perang Paregreg

Kenaikkan Suhita menjadi Raja Majapahit rupanya menimbulkan kericuhan, yang disebabkan oleh Bhre Wirabhumi (yang merupakan anak dari selir Hayam Wuruk, kakak satu ayah dari Kusumawardhani, Ayah dari Bhre Mataram/Mertua dari Wikramawardhana, sekaligus kakeknya Suhita).

Pada zaman dahulu, anak dari selir memang tidak mendapatkan tahta kerajaan. Bhre Wirabhumi hanya diberikan tahta di wilayah Bumi Blambangan oleh ayahnya. Namun Bhre Wirabhumi masih tidak terima sebagai anak Hayam Wuruk yang masih hidup dan merasa lebih berhak akan tahta kerajaan daripada cucunya sendiri yaitu Suhita.

Karena alasan inilah Bhre Wirabhumi menyerang kerajaan Majapahit, Wikramawardhana terpaksa menunda rencananya untuk menjadi pendeta (Bhagwan). Menurut Pararaton, Bhre Wirabhumi dan Wikramawardhana bertengkar dan tidak saling bertegur sapa sejak tahun 1401 Masehi. Sampai akhirnya perselisihan antara saudara ini semakin memanas di Perang Paregreg tahun 1404 Masehi. Paregreg artinya perang setahap demi setahap dalam tempo lambat. Pihak yang menang pun bergantian, kadang pertempuran dimenangkan oleh Bhre Wirabhumi, kadang dimenangkan pihak Wrikramawardhana.

Dalam peperangan awalnya Wikramawardhana dari kadaton kulon sudah mengalami kekalahan, namun datang bala bantuan dari Bhre Tumapel (dengan gelar Bhra Hyang Parameswara yang merupakan suami dari Suhita, sekaligus menantu Wikramawardhana) pada tahun 1406 Masehi dan akhirnya berhasil mengalahkan Bhre Wirabhumi dari kadaton wetan.

Karena takut akan kesalahannya, Bhre Wirabhumi kabur melarikan diri dengan menaiki perahu dan berhasil dikejar oleh Raden Gajah (bergelar Bhra Narapati) yang merupakan utusan dari Wiramawardhana yang berhasil membunuh dan membawa penggalan kepala Bhre Wirabhumi ke istana, lalu dicandikan di Lung bernama Girisa Pura.

  • Akibat Perang Paregreg

Setelah kekalahan Bhre Wirabhumi, akhirnya wilayah kerajaan Majapahit bagian timur yaitu Bala Blambangan bersatu kembali dengan Majapahit bagian barat. Namun akibat Perang Paregreg ini membuat kerajaan Majapahit semakin lemah atas daerah-daerah kekuasaannya. Karena pada saat terjadi perang, kosentrasi pasukan dipindahkan ke Jawa sehingga tidak ada yang mengambil alih penuh dengan pemisahan-pemisahan di daerah luar jawa.

Kerajaan Majapahit terus menerus mengalami kelemahan seperti pada tahun 1405 daerah Kalimantan Barat berhasil direbut oleh kerajaan Cina, tanpa sedikitpun tindakan dari kerajaan Majapahit. lalu disusul dengan lepasnya Palembang, Melayu, Malaka yang berhasil merdeka dari Majapahit karena sudah tumbuh bandar-bandar perdagangan ramai di daerah mereka. Ditambah lepas pula daerah Brunei yang terletak dekat dengan Pulau Kalimantan Utara.

Selain itu Wikramawardhana berhutang ganti rugi pada penguasa cina yaitu Dinasti Ming akibat terbunuhnya 170 orang cina saat perang paregreg. Atas kecelakaan itu Wikramawardhana didenda ganti rugi emas 60.000 tahil. Dan sampai tahun 1408, Wikramawardhana baru mampu mengganti 10.000 tahil saja. Akhirnya karena iba melihat kondisi kerajaan Majapahit, Kaisar Yung Lo membebaskan denda ganti rugi tersebut. Peristiwa ini tercatat oleh Ma Huan (sekretaris Ceng Ho) di dalam bukunya, Ying-ya-sheng-lan.

6. Suhita atau Ratu Ayu Kencana Ungu

Pada akhirnya Wikramawardhana memutuskan untuk turun tahta, digantikan dengan Suhita (dengan gelar Ratu Ayu Kencana Wungu) yaitu anak dari pernikahaan kedua Wikramawardhana. Suhita pun resmi menjalankan roda pemerintahannya pada tahun 1427 Masehi tanpa ada pemberontakan seperti pada saat Bhre Wirabhumi masih hidup. Suhita menjalankan pemerintahan kerajaan Majapahit bersama Bhra Hyang Parameswara Ratnapangkaja. Suhita merupakan penguasa wanita kedua setelah Ratu Tribuana Tungga Dewi.

Pada masa pemerintahannya terjadi pemberontakan yang dipimping oleh Bhra Daha, namun pemberontakan itu mampu diselesaikan oleh Suhita. Suhita juga membalas dendam dengan membunuh Raden Gajah yang telah membunuh kakeknya yaitu Bhre Wirabhumi.

Suhita berhasil mengembalikan kejayaan kerajaan Majapahit yang melemah itu, terbukti di masa pemerintahan Suhita kegiatan keagamaan ajaran Hindu berkembang pesat, Suhita membangun banyak tempat pemujaan dengan bangunan punden berundak di lereng gunung Lawu termasuk batu untuk persajian, tugu batu, menhir dan sebagainya. Ditambah lagi banyak candi yang dibangun, seperti canti sukuh dan cetu, dan sejumlah arca, patung, relief juga dibangun.

Selain itu pada roda pemerintahannya Suhita mampu memperluas banyak wilayah kerajaan Majapahit di pulau Jawa, termasuk Blambangan yang berhasil ditaklukan. Kadipaten Blambangan yang dipimpin oleh Kebo Mercuet terus meminta wilayahnya kepada kerajaan Majapahit.

  • Persaingan akibat Sayembara yang dilakukan Suhita

Saat itu keberadaan Kebo Mercuet kian lama menjadi ancaman untuk Suhita dan membuatnya cemas. Semenjak itu Suhita melakukan sayembara untuk siapapun yang mampu mengalahkan Kebo Mercuet akan dijadikan suami Suhita, Ratu Majapahit.

Sayembara itu berhasil dimenangkan oleh Joko Umbaran dengan membunuh Kebo Mercuet dengan senjata gada wesi kuning, Joko Umbaran(dengan gelar Minak Jinggo)pun menggantikan tahta Kebo Mercuet menjadi Adipati Blambangan. Namun Suhita melanggar janji di sayembaranya, Suhita menolak menikah dengan Jaka Umbaran karena wajahnya rusak, kakinya pincang akibat perang melawan Kebo Mercuet.

Jaka Umbaran terus memaksa untuk menikahi Suhita, padahal ia sudah memiliki dua selir yaitu Dewi Wahita dan Dewi Puyengan dan ratu idamannya Suhita terus bersikeras menolak pinangannya. Hingga akhirnya Jaka Umbaran marah besar dan merebut wilayah kekuasaan kerajaan Majapahit sampai ke Probolinggo dan terus menyerang ibukota pemerintahanan kerajaan Majapahit.

Atas aksi Jaka Umbaran yang semakin meresahkan, membuat Suhita kembali membuat sayembara untuk siapapun yang mampu membunuh Jaka Umbaran, kelak akan dijadikan suami Suhita, Ratu Majapahit. Pada saat itu ada pemuda tampan yaitu Damarwulan memenuhi sayembara dengan melawan Jaka Umbaran, dalam pertarungan itu Damarwulan berhasil memenggal kepala Jaka Umbaran, namun anehnya kepala Jaka Umbaran selalu kembali pada tempat semula berulang kali.

Hingga akhirnya Damarwulan kalah dan pingsan terkena pusaka gada wesi kuning milik Jaka Umbaran. Damarwulan pun dimasukkan ke dalam penjara akibat kekalahnya, namun rupanya kedua selir Jaka Umbaran tertarik dengan Damarwulan yang tampan, mereka membersihkan luka Damarwulan dan membuka kesaktian Jaka Umbaran ada di pusaka gada wesi kuning.

Atas perintah dan rayuan Damarwulan akhirnya kedua selir Jaka Umbaran mau menuruti perintahnya untuk mengambil pusaka gada wesi kuning saat Jaka Umbaran sedang terlelap. Akhirnya Damarwulan meemilki senjata pusaka itu dan siap menantang Jaka Umbaran kembali. Jaka Umbaran yang melihat Damarwulan memiliki senjata pusakanya tidak mampu melakukan perlawanan dan akhirnya berhasil dikalahkan. Akhirnya Adipati Blambangan itu tewas oleh senjata pusakanya sendiri. Damarwulan memenggal kepala Jaka Umbaran dan mempersembahkannya kepada Ratu Suhita.

Ratu Suhita pun wafat pada  tahun 1447 Masehi dan dibuatkan candi di Singhajaya dan arca Ratu Suhita yang disimpan di Museum Nasional. Pemimpin kerajaan Majapahit selanjutnya diambil kuasa oleh adiknya Ratu Suhita yaitu Dyah Kertawijaya.

Raja-Raja Majapahit

Berikut ini adalah daftar Penguasa Majapahit. Terdapat periode yang kosong antara pemerintahan Rajasawardhana (Raja ke-8) dan Girishwadhana. Diperkirakan penyebabnya karena krisis sukesi yang membuat keluarga kerajaan Majapahit terbelah menjadi dua kelompok.

  1. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jayawardhana (1293 – 1309)
  2. Kalagamet bergelar Sri Jayanagara (1309 – 1328)
  3. Sri Gitarja bergelar Tribhuwana Wijayatunggadewi (1328 – 1350)
  4. Hayam Wuruk bergelar Sri Rajasanagara (1350 – 1389)
  5. Wikramawardhana bergelar Bhra Hyan Wisesa (1389 – 1429)
  6. Suhita bergelar Ratu Kencana Wungu (1429 – 1447)
  7. Kertawijaya bergelar Brawijaya I (1447 – 1451)
  8. Rajasawardhana bergelar Brawijaya II (1451 – 1453)
  9. Purwawisesa atau Girishawardhana bergelar Brawijaya III (1456 – 1466)
  10. Pandanalas atau Suraprabhawa bergelar Brawijaya IV (1466 – 1468)
  11. Kertabumi bergelar Brawijaya V (1468 – 1478)
  12. Girindrawardhana bergelar Brawijaya VI (1478 – 1498)
  13. Hudhara bergelar Brawijaya VII (1498-1518)

 Masa Keruntuhan kerajaan Majapahit

Masa keruntuhan kerajaan Majapahit awal mulanya semenjak ditinggal oleh Hayam Wuruk dan Mahapatih Gajah Mada, yang membawa kerajaan Majapahit ke puncak gemilang. Kemunduran kerajaan Majapahit juga disebabkan karena perebutan kekuasaan oleh keturanan-keturunan Hayam Wuruk, ditambah pertikaian dan gempuran dari kerajaan-kerajaan Islam yang mulai bermunculan. Pada akhirnya pada tahun 1518 runtuhlah kerajaan Majapahit pada masa pemerintahan Patih Hudhara, yang bergelar Brawijaya ke-7.
Berikut ini bangunan candi peninggalan kerajaan Majapahit:
  • Candi Sukuh – merupakan peninggalan kerajaan Majapahit yang pertama, terletak di Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar-Jawa Tengah.
  • Candi Cetho – berlokasi di Dusun Ceto, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar-Jawa Tengah.
  • Candi Pari – berlokasi di Desa Candi Pari, Kecamatan Porong, Sidoarjo – Jawa Timur sekitar 2 km arah Barat Laut dekat semburan pusat lumpur panas Lapindo Brantas.
  • Candi Jabung – berlokasi di Desa Jabung, Kecamatan Paiton, Probolinggo-Jawa Timur.
  • Gapura Wringin Lawang – berlokasi di Desa Jatipasar, Kecamatan Trowulan, Mojokerto-Jawa Timur.
  • Gapura Bajang Ratu – berlokasi di Desa Temon, Kecamatan Trowulan, Mojokerto-Jawa Timur.
  • Candi Brahu – berlokasi di kawasan situs arkeologi Trowulan, tepatnya berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto-Jawa Timur.
  • Candi Tikus – Sama seperti Candi Brahu berlokasi di kawasan situs arkeologi Trowulan, tepatnya berada di Dukuh Jambu Mente, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Mojokerto-Jawa Timur.
  • Candi Surawana-  berlokasi di Desa Canggu, Kecamatan Pare, Kediri-Jawa Timur. Tepatnya berada sekitar 25 km timur laut Kota Kediri.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Kerajaan Majapahit – Kondisi Politik, Masa Kejayaan dan Keruntuhan. appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-majapahit/feed 0
Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai /indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai#respond Sat, 23 Jul 2016 04:56:20 +0000 /?p=12 Sejarah kerajaan kutai kartanegara tidak akan pernah lekang dimakan waktu, karena kerajaan ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh di Indonesia. Kerajaan kutai adalah kerajaan bercorak hindu yang merupakan kerajaan…

The post Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah kerajaan kutai kartanegara tidak akan pernah lekang dimakan waktu, karena kerajaan ini merupakan salah satu yang paling berpengaruh di Indonesia. Kerajaan kutai adalah kerajaan bercorak hindu yang merupakan kerajaan yang memiliki bukti sejarah tertua di Indonesia. Kerajaan kutai berlokasi di  Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di tepi sungai Mahakam. Kerajaan ini di ketahui keberadaannya atas di temukannya tujuh buah prastasi dengan bahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari India. Ketujuh prastasi tersebut dikenal dengan nama prastasi Yupa.

Para Ahli sejarah memperkirakan umur prastasi itu dari perbandingan usia huruf yang sama dan telah ditemukan di India sekitar 400 Masehi. Selain itu nama Kutai mengambil dari nama tempat ditemukannya ketujuh prastasi tersebut.

Sumber Sejarah Pertama yaitu Prastasi Yupa

Yupa merupakan tiang batu sebagai peringatan yang dibuat oleh para Brahmana untuk mengikat korban hewan atau manusia yang akan dijadikan persembahan untuk dewa-dewa. Prasasti yupa merupakan sumber sejarah dari di dirikannya sebuah kerajaan di Kalimanta

Isi Prasasti Yupa:

  • Aspek kehidupan politik 

Diketahui dari salah satu Yupa bahwa raja pertama di Kerajaan Kutai adalah Raja Kudungga. Salah satu Yupa yang lain juga menyebutkan tentang sejarah masa pemerintahan Aswawarman di Kerajaan Kutai.

Isi prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja Kudungga digantikan kekuasaannya dengan putranya yaitu Raja Aswawarman, kemudian digantikan lagi dengan cucunya yaitu Raja Mulawarman yang berhasil membawa Kutai ke puncak kejayaan.

  • Aspek kebudayaan

Yupa menyebutkan   bahwa pada masa pemerintahan Aswawarman di Kerajaan Kutai pernah diadakan upacara Aswamedha, yaitu upacara yang dilakukan ketika sebuah kerajaan ingin memperluas wilayahnya dengan cara melakukan ritual melepas kuda untuk mengetahui batas wilayahnya.

  • Aspek kehidupan sosial

Menurut isi prasasti Yupa selanjutnya, bahwa masyarakat Indonesia sudah banyak yang menerima pengaruh ajaran Hindu sejak 400 Masehi di kerajaan Kutai. Hal ini berdampak positif, jadi pada saat itu  kerajaan pun sudah mulai mendirikan bangunan yang terstruktur seperti  pemerintahan kerajaan-kerajaan di India. Karena kerajaan-kerajaan di India yang membawa ajaran Hindu ke Indonesia.

  • Aspek ekonomi

Mata pencarian yang utama di zaman kerajaan Kutai adalah beternak sapi, bercocok tanam dan berdagang. Letak kerajaan Kutai di tepi sungai mahakan sangat subur untuk pertanian. Bahkan telah diperkirakan pernah terjadi hubungan dagang dari kerajaan Kutai ke beberapa wilayah yang ada di luar. Pada abad ke 4 M telah ada jalur perdagangan internasional dari India (melewati selat makassar), sampai terus ke Filiphina hingga Cina. Diduga dalam pelayaran tersebut para pedagang singgah di kerajaan Kutai untuk melakukan jual beli barang dagangan dengan sekaligus beristirahat untuk pelayaran selanjutnya. Hal seperti inilah yang menjadikan kerajaan Kutai ramai, dan rakyat hidupnya makmur.

Raja di Kerajaan Kutai

1. Maharaja Kudungga

Adalah raja pertama di Kerajaan Kutai. Kedudukan Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku, dengan masuknya pengaruh Hindu maka ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan menjadikan dirinya sebagai raja, dan pergantian kekuasaan dengan keturuanan-keturunannya.

Raja Kudungga merupakan penduduk asli Indonesia yang belum terpengaruh dengan ajaran Hindu pada zamannya. Oleh karena itu, Raja Kudungga tidak dianggap sebagai pendiri keluarga kerajaan, melainkan anaknya yaitu Raja Aswawarman, karena pada masa pemerintahannya sudah masuk pengaruh agama Hindu dana Raja
Aswawarman menjadi pemeluk Hindu hingga keturunan berikut-berikutnya.

2. Maharaja Aswawarman

Raja Aswawarman adalah putra Raja Kudungga. Raja Aswawarman adalah Raja pertama yang menganut kepercayaan Hindu. Sebelumnya pada masa pemerintahaan Raja Kudungga, kerajaan Kutai menganut kepercayaan animisme.

Berikut ini jasa-jasa Maharaja Aswawarman

  • Tersingkirnya kepercayaan animisme

Animisme berasal dari kata Anima yang latinnya berarti Roh. Kepercayaan ini mempercayai bahwa segala benda hidup ataupun benda mati mempunyai roh-roh yang wajib di hormati dan di puja. Seperti gunung, laut, pohon, danau, batu besar dan sebagainya. Benda-benda tersebut dipercaya dapat membantu kelangsungan hidup manusia.

Selain itu animisme juga mempercayai bahwa roh-roh orang yang telah meninggal, akan berpindah roh ke tubuh hewan yang masih hidup seperti babi, harimau dan hewan buas lainnya. Dipercaya bahwa roh orang yang telah meninggal itu akan membalas dendam kepada musuhnya ketika hidup melalui hewan itu. Sekilas kepercayaan ini hampir mirip dengan reinkarnasi, ajaran pada agama Hindu dan Buddha.

Namun ada perbedaan yang mendalam, reinkarnasi diartikan kelahiran baru. Jadi ajaran Hindu dan Buddha mempercayai bahwa orang yang telah meninggal akan lahir kembali ke raga yang baru, tidak ke tubuh hewan seperti pemeluk animisme.

Sejak Raja Aswawarman naik tahta, kepercayaan ini pelan-pelan tersingkir dan terganti dengan ajaran yang dibawa oleh para Brahmana yaitu agama Hindu.

Asal – usul masuknya agama Hindu ke Indonesia:

Raja Aswawarman adalah Raja pertama yang menganut agama Hindu. Pada saat itu di Kalimantan ada Brahmana yang ingin menyebarkan ajaran Hindu ke Indonesia, lalu Brahmana ini di angkat menjadi Parohita (penasihat Raja) sekaligus pemimpin upacara-upaca kerajaan oleh Raja Kudungga karena dipercaya mempunyai kesaktiaan.

Namun saat itu ajaran Hindu yang dibawa oleh Brahmana hanya dapat di pelajari dan di mengerti oleh golongan kerajaan dan golongan tertentu, karena ajaran yang dibawa para Brahmana sangat tinggi.

Sampai pada akhirnya ajaran Hindu sudah mempengaruhi kerajan Kutai pada masa pemerintahan Raja Aswawarman hingga terus di turunkan sampai ke putranya yaitu Raja Mulawarman yang dikenal sebagai penganut Hindu-Syiwa yang taat.

  • Mendapat gelar Wangsakerta dan Dewa Ansuman:

Raja Aswawarman merupakan pendiri dinasti Kerajaan Kutai, sehingga mendapat gelar Wangsakerta yang artinya sebagai pembentuk keluarga raja. Pemberiaan gelar ini juga disebutkan pada stupa, selain itu stupa itu juga menjelaskan bahwa Raja Aswawarman mendapat sebutan sebagai Dewa Ansuman (Dewa Matahari).

3. Maharaja Mulawarman

Raja Mulawarman merupakan Raja ketiga, setelah ayahnya di Kerajaan Kutai. Kerajaan kutai mencapai puncak kejayaannya sejak masa pemerintahan raja yang mempunyai nama lengkap Mulawarman Nala Dewa dan dikenal sebagai raja yang tersohor pada abad ke 4 Masehi.

Berikut ini jasa-jasa Maharaja Mulawarman :

  • Semakin luasnya wilayah kerajaan Kutai

Raja Mulawarman berhasil mencapai puncak kejayaan Kutai hingga terus menerus memperluas wilayahnya, hingga menguasai Kalimantan bagian Timur. Hampir semua daerah di Kalimantan berhasil pula di taklukan. Dengan semakin luasnya wilayah kerjaan Kutai, nama Raja Mulawarman semakin tersohor.

  • Kehidupan rakyat makmur dan tentram

Kehidupan rakyat pada masa pemerintahan Raja Mulawarman sangat makmur, tentram dan terjamin sehingga seluruh rakyat dapat melangsungkan kehidupannya dengan lebih baik. Keamanan juga terjamin pada waktu itu, sehingga semua rakyat bangga dengan Raja Mulawarman.

  • Terkenal sebagai raja yang dermawan

Sejarah menyebutkan bahwa pada suatu hari Raja Mulawarman memberikan sekitar 20.000 ekor sapi kepada para Brahmana di dalam tanah yang suci yang dikenal dengan nama Waprakeswara, sebagai bentuk terimakasih dan peringatan acara kurban. Raja Mulawarman terkenal sebagai raja besar yang mulia.

  • Banyak bangunan suci

Pada masa pemerintahan Raja Mulawarman banyak di dirikan bangunan suci untuk ibadah, seperti bangunan suci untuk menyembah Dewa Trimurti. Trinurti adalah tiga bentuk kekuatan Brahman dalam menciptakan, memelihara dan meleburkan alam.

Dewa Trimurti adalah tiga dewa tertinggi di agama Hindu. Ketiga nama dewa tertinggi tersebut adalah:

  1. Dewa Brahma yang fungsinya sebagai Pencipta,
  2. Dewa Wisnu yang fungsinya sebagai Pemelihara
  3. Dewa Siwa yang fungsinya sebagai Pelebur

Selain ketiga dewa tertinggi, agama Hindu juga meyakini keberadaan dewa lainnya antara lain:  Dewa Chandra (Dewa Bulan), Dewa Ganesha (Dewa kebijaksanaan), Dewa Indra (Dewa hujan dan perang), Dewa Kuwera (Dewa kekayaan), Dewi Laksmi (Dewi kemakmuran dan kesuburan), Dewa Maruta (Dewa petir), Dewi Saraswati (Dewi pengetahuan), Dewi Sri (Dewi pangan), Dewa Surya (Dewa matahari), Dewa Waruna (Dewa air,laut,samudra), Dewa Bayu (Dewa angin), Dewa Yama (Dewa maut), Dewa akhirat(hakim yang mengadili roh) dan Dewa Kartikeya (Dewa pembunuh iblis) dan masih banyak dewa-dewa lainnya.

Nama-Nama Raja di Kerajaan Kutai

  • Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman
  • Maharaja Aswawarman, gelar Wangsakerta dan Dewa Ansuman
  • Maharaja Mulawarman
  • Maharaja Marawijaya Warman
  • Maharaja Gajayana Warman
  • Maharaja Tungga Warman
  • Maharaja Jayanaga Warman
  • Maharaja Nalasinga Warman
  • Maharaja  Nala Parana Tungga
  • Maharaja Gadingga Warman Dewa
  • Maharaja Indra Warman Dewa
  • Maharaja Sangga Warman Dewa
  • Maharaja Candrawarman
  • Maharaja Sri Langka Dewa
  • Maharaja Guna Parana Dewa
  • Maharaja Wijaya Warman
  • Maharaja Sri Aji Dewa
  • Maharaja Mulia Putera
  • Maharaj Nala Pandita
  • Maharaja Indra Paruta Dewa
  • Maharaja Dharma Setia

Runtuhnya Kerajaan Kutai

Kerajaan Kutai berakhir saat masa pemerintahan Maharaja Dharma Setia (Raja ke-21) tewas di medan perang melawan Raja Kutai Kartanegara ke-13, yaitu Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Kerjaan Kutai dan Kerajaan Kutai Kartanegara adalah dua kerajaan yang berbeda. Kutai Kartanegara mempunyai ibukota di Tanjung Kute, dan disebutkan juga ke dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara inipun selanjutnya menjadi kerajaan Islam yaitu, Kesultanan Kutai Kartanegara. Setelah menajadi kerajaan Islam, nama pemimpin yang semulanya Raja berubah menjadi Sultan.

Peninggalan Kerajaan Kutai

Berikut ini beberapa peninggalan sejarah dari keajaan Kutai :

Prasasti YupaPrasasti Yupa

Prasasti yupa adalah peninggalan sejarah dari kerajaan Kutai yang tertua. Dari prastasi inilah terdapat sumber sejarah tentang kerajaan Hindu yang terdapat di Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan.

Secara garis besar isi prastasi Yupa menceritakan tentang aspek kehidupan politik, sosial, budaya di kerajaan Kutai saat itu. Prastasti yupa diyakini menggunakan bahasa sansekerta dan huruf pallawa yang berasal dari India.

Ketopong SultanKetopong Sultan

Ketopong adalah mahkota yang dipakai oleh Sultan di kerajaan Kutai yang terbuat dari emas dilengkap dengan hiasan batu-batu permata, motif bungan, kijang dan burung. Ketopong sultan ini memiliki berat emas sekitar 2kg.

Ketopong Sultan di temukan di Muara Kamai, Kutai Kartanegara pada tahun 1890.Kita dapat melihat replika atau tiruan dari ketopong sultan ini di Monumen Nasional (Monas) Jakarta, masih diabadikan sampai saat ini sebagai sumber sejarah yang langka.

 Kalung CiwaKalung Ciwa

Kalung ciwa merupakan benda sejarah yang ditemukan ketika masa pemerintahan Sultan Aji Muhammad Sulaiman. Kalung ciwa dinilai unik dan sangat mahal, karena terbuat dari emas. Kalung ciwa pada awalnya ditemukan oleh seorang penduduk di sekitar Danau Lipan Muara Kaman pada tahun 1890, lalu diserahkan kepada Sultan.

Sejak saat itu kalung ciwa digunakan sebagai perhiasan kerajaan Kutai dan juga digunakan setiap ada pesta penobatan sultan baru.

Kura-kura EmasKura-kura emas

Kura-kura emas yang berukuran sekepalan tangan ini ditemukan di Long Lalang, daerah yang berada di sekitar hulu Sungai Mahakam. Dari sumber sejarah diketahui informasi, bahwa kura-kura emas ini merupakan persembahan atau lamaran dari seorang pangeran di Cina untuk Putri Raja Kutai, Aji Bidara Putih.

Benda bersejarah yang menjadi saksi awal pernikahan putri raja kutai ini masih tersimpan di Museum Mulawarman dalam bentuk replika atau tiruannya.

Pedang Sultan KutaiPedang sultan kutai

Pedang ini mempunyai ukiran yang unik, terdapat gambar harimau di gagang pedang dan gambar buaya di ujung pedangnya. Seperti melambangkan, kegagahan dan keberanian sultan kutai. Pedang sultan kutai sering menemani sultan dalam perperangan dan juga merupakan pedang kesayangan sultan.

Sampai saat ini benda sejarahnya ini masih tersimpan di Museum Nasional Jakarta dalam bentuk replika atau tiruannya yang masih diabadikan sebagai sumber sejarah.

Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang

Keris Bukit Kang merupakan keris yang digunakan oleh istri raja yaitu Permaisuri Aji Putri Karang Melenu, permaisuri dari Raja Kutai Kartanegara yang pertama. Berdasarkan sejarah, permaisuri ini merupakan bayi yang ditemukan dalam sebuah gong yang terhanyut di atas bambu.

Di dalam gong yang ditemukan tersebut terdapat bayi perempuan, telur ayam dan sebuah kering. Kering inilah diyakini oleh kebanyakan orang sebagai Keris Bukit Kang.

Singgasana SultanSinggasana Sultan

Singgasana Sultan merupakan benda sejarah yang masih terjaga sampai saat ini dan diletakkan di Museum Mulawarman. Singgasana yang dilengkapi dengan payung serta umbul-umbul ini digunakan oleh Sultan Aji Muhammad Sulaiman serta raja-raja sebelumnya di kerajaan Kutai.

Di Museum Mulawarman, singgasana sultan ini dibentuk dan di modifikasi ulang dalam bentuk replika atau tiruan yang masih tetap di abadikan.

Kerajaan bercorak Hindu-Budha di Indonesia Lainnya

Berikut ini sejarah singkat tentang kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Budha lainnya:

[accordion]
[toggle title=”Kerajaan Tarumanegara” state=”opened”]

Menurut sumber, kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu setelah kerajaan Kutai yang berdiri sekitar abad ke 5 Masehi hingga abad ke 7 Masehi. Kerajaan yang dulu membelang sungai citarum ini merupakan kerajaan yang berkuasa di Jawa Barat.

Puncak Kejayaan Tarumanegara

Mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Raja Purnawarman (395-434M). Raja Purnawarman adalah Raja ketiga yang memerintah setelah Dharmayawarman (382-395 M). Pada masa Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara mamu memperluas wilayahnya hingga menakhlukkan beberapa kerajaan disekitar Jawa Barat.

Runtuhnya Kerajaan Tarumanegara

Runtuhnya kerajaan Tarumanegara disebabkan pengalihan kekuasaan, dari Raja ke- 12 Linggawarman kepada menantunya, Tarusbawa. Pada masa pemerintahan Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanegara di pindahkan ke kerajannya sendiri, yaitu kerajaan Sunda. Yang pada akhirnya Kerajaan Tarumanegara diganti nama dengan kerajaan Sunda.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Mataram Lama”]

Sumber sejarah mendapatkan informasi tentang keberadaan ini dari beberapa prasasti, antara lain prasasti canggal, prasasti belitung, prasasti kelurak, dan prasasti tengah. Pendiri kerajaan mataram adalah sanjaya, tertulis dalam prasasti canggal. Kerajaan Mataram Lama berlokasi di Jawa Tengah, beribukota Medang Kamulan.

Pada prastasi belitung disebutkan nama-nama raja mataran dari dinasti sanjaya. Setelah Raja Sanjaya wafat dan digantikan kekuasannya oleh anaknya yaitu Panangkaran. Di masa pemerintahan Raja Panangkaran, agama Budha mulai masuk ke Kerajaan Tarumanegara. Sehingga keturunan selanjutnya adalah keturunan syailendra yang beberapa mememluk agama Budha.

Kerajaan Mataram terpecah menjadi 2 dinasti, setelah meninggalnya Raja Panangkaran, yaitu:

  1. Dinasti sanjaya, beragama Hindu  dan mempunyai kekuasaan di Jawa tengah bagian utara (peninggalan sejarahnya adalah candi – candi hindu, antara lain di kompleks candi dieng).
  2. Dinasti syeilendra, beragama Budha  dan mempunyai kekuasaan di Jawa tengah  bagian selatan. (peninggalan sejarahnya adalah candi budha antara lain, candi pawon, mendut, kalasan, sari, borobudur).

Menurut sejarah, kerajaan Mataram yang terpecah ini menjadi bersatu melalui perkawinan antara dinasti sanjaya dan dinasti syeilendra. Yaitu perkawinan Rakaipikatan (Sanjaya) dan Pramudhawardani (Syeilendra).

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Sriwijaya “]

Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan Budha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Dibuktikan dengan adanya sumber sejarah berupa prasasti kedukan Bukit di Palembang pada tahun 682 Masehi. Kerajaan Sriwijaya merupakan kerajaan yang kuat di Pulau Sumatera, sesuai dengan arti namanya dari bahasa Sansekerta “Sri” yaitu bercahaya, “Wijaya” yaitu kemenangan.

Kerajaan Sriwijaya mempunyai pusat kerajaan di kawasan Candi Muara Takut (Yang saat ini menjadi provinsi Riau), dan di pimpin oleh Dapunta Hyan Sri Jayanasa sebagai raja pertama saat ini.

Puncak Kejayaan Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya berhasil meraih puncak kejayaan pada abad 9-10 Masehi dengan menguasai jalur perdagangan maritim di Asia Tenggara. Kerajaan Sriwijaya pada saat itu sudah menguasai hampir seluruh kerajaan Asia Tenggara, diantaranya, Jawa, Sumatera, Semenanjung Malaya, Thailand, Kamboja, Vietnam, dan Filipina. Selain itu Kerajaan Sriwijaya juga menguasai Selat Sunda dan Malaka.

Runtuhnya Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya runtuh pada abad ke-13, sejak penyerangan yang dilakukan oleh Raja Rajendra Chola, penguasa kerajaan Cholamandala berhasil meruntuhkan armada Sriwijaya sejak tahun 1007 Masehi. Sampai penyerangan kedua dilakukan kembali di tahun 1023 Masehi. Peperangan ini pun membuat ekonomi kerajaan Sriwijaya terus melemah dan pedagang yang berjualan pun terus menipis, di tambah pula dengan kekuatan militer yang semakin tidak bertahan hingga akhirnya runtuhlah kerajaan yang sudah berjaya hingga satu abad ini.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Kediri”]

Kerajaan Kediri adalah kerajaan Hindu yang berlokasi di hulu Sungai Brantas, Jawa Timur sejak abad ke 12. Kerajaan Kediri termasuk bagian kerajaan Mataram Kuno. Raja pertamanya adalah Shri Jayawarsa Digjaya Shastraprabu.

Puncak Kejayaan Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri berhasil mencapi puncak kejayaannya ketika masa pemerintahan Raja Jayabaya. Wilayah kekuasaan kerajaan Kediri saat itu meluas hingga hampir ke seluruh daerah di Pulau Jawa dan pengaruh kerajaan Kediri juga sampai ke Pulau Sumatera. Selain itu kerajaan Kediri mempunyai seni sastra yang menjadi pusat perhatian banyak orang.

Runtuhnya Kerajaan Kediri

Kerajaan Kediri runtuh sejak abad ke 12 Masehi pada masa pemerintahan Raja Kertajaya yang dikalahkan oleh Ken Arok. Pada saat itu banyak perdebatan antara raja dengan kaum Brahmana. kaum Brahmana menganggap bahwa Raja Kertajaya sudah melanggar agama, dengan memaksa rakyat untuk menyembanya sebagai Dewa. Akhirnya para Brahmana meminta perlindungan kepada Ken Arok yang merupakan pemimpin daerah Tumapel. Ken Arok berhasil membunuh Raja Kertajaya dan mengambil alih kekuasaan kerajaan Kediri.

[/toggle]
[toggle title=”Kerajaan Singasari”]

Kerajaan Singasari terletak di Kota Malang, Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok yang bercorak Hindu. Menurut prasasti Kudadu, nama resmi kerajaan Singasari yang sebenernya adalah kerajaan Tumapel, yang di dirikan pada abad ke 12 Masehi dengan ibu kota bernama Kutaraja. Raja Kertanegara mengganti nama Kutaraja menjadi Singasari, dan tersebebar luas dan lebih terkenal nama singasari sebagai ibukota daripada nama Tumapel. Akhirnya kerajaan Tumapel pun terkenal dengan nama kerajaan Singasari.

Puncak kejayaan Kerajaan Singasari

Puncak kejayaan kerajaan Singasari ketika masa pemerintahan Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara, atau biasa dengan nama Raja Kertanegara. Raja Kertanegara berhasil mengatur kembali struktur pejabat kerajaan sesuai dengan tugasnya, dan tidak segan mengganti pejabat yang tidak berkualitas. Ditambah lagi raja juga menjalin persahabatan dengan kerajaan-kerajaan besar hingga akhirnya kerajaan Singasari berkembang dan menjadi kerajaan terkuat di Nusantara.

Runtuhnya kerajaan Singasari

Kerajaan Singasari mengalami masa keruntuhan disebabkan oleh dua sebab, yaitu mengalami tekanan dari luar dan dalam negeri. Dari luar negeri, kerajaan Singasari mendapat tekanan dari Kekaisaran Mongol yang menginginkan kerajaan Singasara di taklukan oleh Cina. Dari dalam negeri kerajaan Singasari juga mendapat pemberontakan dari penguasa daerah Kediri yaitu besannya sendiri, Raja Jayakatwang. Pada akhirnya di tahun 1292 Raja Jayakatwang berhasil membunuh Raja Kertanegara, dan runtuhlah kerajaan Singasari.

[/toggle]
[/accordion]

Peninggalan sejarah bercorak Hindu Budha

  1. Prasasti (Batu tertulis)
  2. Candi
  3. Patung (Arca)
  4. Seni Ukir
  5. Kesustraan
  6. Bahasa dan Tulisan

Ditemukannya bukti-bukti peninggalan sejarah bercorak Hindu Budha, menjadi bukti bahwa agama Hindu Budha sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke 4 Masehi yang pertama berdiri adalah Kerjaan Kutai.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_third]

[/one_third]
[one_third]

[/one_third]

[one_third_last]

[/one_third_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post Sejarah Kerajaan Kutai Kartanegara Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
/indonesia/kerajaan/sejarah-kerajaan-kutai/feed 0