Buddha – Sejarah Lengkap Sejarahwan Tue, 08 Oct 2019 03:21:51 +0000 en-US hourly 1 https://wordpress.org/?v=5.8.6 Sejarah Agama Budha di Indonesia Lengkap /agama/buddha/sejarah-agama-budha Tue, 08 Oct 2019 03:21:15 +0000 /?p=5257 Hampir tidak ada suatu hal yang terjadi secara instant di Dunia ini, sebagian besar yang ada dan diyakini hingga sekarang sekalipun juga melalui proses yang sudah ada sebelumnya. Misal seperti…

The post Sejarah Agama Budha di Indonesia Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Hampir tidak ada suatu hal yang terjadi secara instant di Dunia ini, sebagian besar yang ada dan diyakini hingga sekarang sekalipun juga melalui proses yang sudah ada sebelumnya. Misal seperti kehidupan, dimana sebelum ada kehidupan manusia, sudah ada beberapa makhluk hidup yang ada di bumi ini, beberapa diantaranya bisa diketahui pada ciri zaman mesozoikum. Dan setelah kepunahan para dinosaurus, barulah ada kehidupan manusia yang mengalami fase serta proses pertumbuhan secara bertahap.

Untuk kehidupan manusia ini sendiri ada berbagai macam ragamnya, seperti jenis manusia purba pithecanthropus, manusia purba sangiran, manusia purba meganthropus, dan masih banyak lagi lainnya. Nah, dalam pembahasan berikut akan disampaikan tentang agamanya, dimana memang belum ada pada zaman itu. Agama Budha baru muncul di abad ke 6 Sebelum Masehi. Di awal kemunculannya, agama ini masih terkesan erat dengan pendahulunya, yakni agama Hindu.

Sosok pembawa Sejarah Agama Budha ke bumi ini adalah Siddharta Buddha Gautama. Sebelum mendapatkan pencerahan, ia awalnya juga beragama Hindu sama seperti orang-orang lain di sekitarannya. Dan Siddhartha Buddha Gautama ini bukanlah orang biasa, melainkan seorang pangeran dari kerajaan Maghada. Pedoman dalam ajaran yang disampaikan terhadap pengikutnya yakni tentang tujuan akhir untuk melepaskan nafsu dan juga penderitaan dalam hidup manusia, sehingga dirinya bisa mencapai nirvana. Agama budha ini tidak bertolak terhadap tuhan ataupun alam semesta, melainkan bertitik tolak terhadap keadaan yang dihadapi oleh manusia seperti tata susila manusia agar terbebas dari lingkaran sukkha yang selalu mengiri kehidupannya.

Kelahiran Siddharta Buddha Gautama

Pencetus Sejarah Agama Budha ini juga merupakan sosok manusia, dimana ia lahir dari rahim seorang wanita. Siddharta dilahirkan pada tahun 560 S.M di Gana-Sangha, Kapilawastu, India Utara. Ia merupakan pangeran dari kerajaan setempat, dan Maya (sang ibu dari Siddharta) telah bercerita kalau saat sebelum mengandungnya, bermimpi ada seekor gajah putih yang masuk ke dalam rahimnya. Dan setelah mengalami mimpi aneh tersebut, sang raja langsung menanyakan kejadian ini kepada 44 orang brahmana terkenal di Negerinya.

Dan para Brahmana itupun menyebutkankalau raja akan segera memiliki keturunan. Dan peristiwa ini berujung kehamilan. Akan tetapi setelah 9 bulan berlalu, namun sang buah hati alias Siddharta tidak kunjung lahir juga. Dan ketika masuk usia 10 bulan usia kandungan, barulah anak ini lahir. Akan tetapi naas, 7 hari setelah proses kelahiran sang ibunda Siddartha meninggal dunia. Dan setelahnya, ia diasuh oleh bibinya. Walaupun demikian, Siddharta tetap bertumbuh dengan pesat dan luar biasanya, bahkan memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Ia bahkan berhasil menulis sebelum diajari oleh sang gurunya.

Awalnya ia memang menganut agama Hindu, dan bahkan sang raja alias Ayahandanya melindungi Siddharta dengan kehidupan luar, agar keimanannya tidak terlemahkan oleh kehidupan luar. Untuk mencegahnya agar tidak penasaran dengan keadaan luar istana, Siddharta telah diperlakukan dengan manja dan dipenuhi oleh kemewahan. Akan tetapi sayang semua yang diberikan masih belum puas, dan malah bosan dengan kemewahan yang didapatkannya itu.

Siddharta Mulai Keluar dari Istana

Akhirnya Siddharta menemukan cinta sejatinya, Gopa. Dari hasil pernikahan itu dianugerahi seorang anak yang dinamakan Rahula. Dan perlu diketahui bahwa arti dari Rahula adalah belenggu, karena memang kehidupannya yang tidak terbebas dari istana. Akan tetapi di usia 29 tahun, ia berhasil keluar istana beberapa kali untuk melihat keadaan di luar sana. Dan ada 4 hal yang membuatnya ingin lebih banyak eksplorasi dunia luar, diantaranya yakni:

  • Ia melihat seorang kakek tua yang lemah, dan menyaksikan kalau usia tua menghancurkan ingatan, keindahan, dan juga keperkasaan.
  • Ia melihat adanya orang cacat tengah kesakitan, jelas ia kaget karena belum pernah melihat hal sedemikian di lingkungan istana.
  • Ia juga melihat ada orang tengah menangis dalam duka dan juga prosesi pemakaman. Perasaannya pada saat itu cukup terganggu karena kematian dari orang yang dikuburkan itu. Memang ibunya juga mengalami hal serupa, namun Siddharta pada saat itu masih kecil, sehingga belum tahu apa-apa.
  • Ia melihat pula orang suci yang tengah mengembara, perasaannya puas, gembira, dan tengah berkeliling dengan mangkok drema di tangannya. Dan ia berpikir kalau semua kesenangan hidup tidak berarti.

Ketika Siddharta Mendapatkan Pencerahan

Dikarenakan keempat peristiwa yang telah dilihatnya tadi, maka Siddharta semakin kuat untuk mencari pengetahuan akan kebenaran. Hingga pada akhirnya pada tengah malam ia meninggalkan istana bersama sang istrinya Gopa dan juga anaknya Rahula. Dalam perjalanan mencari kebenaran, Siddharta berguru kepada banyak pendeta Hindu yang tengah melakukan tapa di hutan selama beberapa tahun. Pertama, ia melatih konsentrasi dengan meditasi, kemudian hidup sangat miskin bersama 5 orang temannya. Namun pelajaran ini belum mampu memuaskannya.

Setelah itu diputuskanlah pergi ke suatu tempat yang bernama Bidhgaya, disana Siddharta kembali bermeditasi selama beberapa tahun untuk mencari ilham sejati guna memberikan tuntunan hidup. Pohon Bodhi menjadi tempatnya untuk berteduh sekaligus bermeditasi, dan disanalah memang dirinya mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran yang sejati. Dan 3 malam berikutnya, Siddharta pergi berdasarkan 3 tahap pencerahan untuk melawan godaan mara, roh jahat. Di malam pertamanya, seluruh kehidupan pertamanya melalui depan matanya. Kemudian di malam kedua, ia melihat lingkaran kelahiran, kehidupan, dan kematian serta hukum yang berkuasa. Dan yang ketiga akhirnya dimengerti tentang “Empat Kebenaran Mulia” (Keseluruhan Penderitaan, Asal-usul Penderitaan, Penyembuhan Penderitaan, dan jalan untuk menyembuhkan penderitaan tersebut).

Dan sejak peristiwa ini, akhirnya ia menggunakan gelar Buddha yang memiliki arti mendapatkan pengetahuan tentang kebenaran yang sejati. Setelah itu, Siddharta juga dipanggil hingga 3x oleh Dewa tertinggi, Brahma. Ia diminta untuk membantu orang lain menerima pencerahan, sekaligus disebarkan ajaran itu selama 44 tahun, dan 5 orang pertama yang menjadi pengikutnya yakni teman-temannya yang dulu hidup bersama dalam kemiskinan. Dan setelah menyebarluaskan agama Budha selama 44 tahun, akhirnya Siddharta meninggal pada tahun 483 SM di Kusinagara. Selain Budha, ada agama lain yang bisa dipelajari sejarah terbentuknya, yakni seperti sejarah terbentuknya agama kristen dan sejarah berdirinya agama islam.

The post Sejarah Agama Budha di Indonesia Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Muara Takus Singkat Paling Lengkap /agama/buddha/sejarah-candi-muara-takus Wed, 31 Oct 2018 08:20:17 +0000 /?p=946 Candi Muara Takus merupakan salah satu Candi Peninggalan agama Budha di Pulau Sumatra. Candi ini berada di Provinsi Riau dan berjarak 135 kilo meter dari kota pekan baru. Tepatnya di…

The post Sejarah Candi Muara Takus Singkat Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Candi Muara Takus merupakan salah satu Candi Peninggalan agama Budha di Pulau Sumatra. Candi ini berada di Provinsi Riau dan berjarak 135 kilo meter dari kota pekan baru. Tepatnya di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar.

Disekitar situs Sejarah Candi Muara Takus terdapat tembok yang mengelilingi situs candi yang memiliki ukuran 74 x 74 meter. Tembok tersebut memiliki tinggi sekitar 80 sentimeter dan terbuat dari batu putih. Diluar tembok ini juga terdapat tembok lagi yang dibangun dari tanah yang memiliki ukuran 1.5 x 1.5 kilometer yang memanjang hingga Sungai Kampar kanan. Dalam kompleks candi muara takus terdapat beberapa candi didalamnya seperti candi Sulung, Candi Bungsu, Palangka dan Mahligai Stupa.

Pendirian situs candi Muara Takus masih belum bisa dipastikan. Beberapa ahli sejarah mengatakan, candi ini dibangun pada abad ke-4, dan ada juga yang menganggap candi ini dibangun pada abad ke-7, ke-9 dan ke-11. Namun, candi ini diperkirakan dibangun pada masa pemerintahan kerajaan Sriwijaya, dan menjadi salah satu peninggalan kerajaan Sriwijaya yang menjadi saksi kebesaran Sriwijaya pada masa itu. Kompleks candi ini juga telah diakui UNESCO sebagai salah satu situs warisan dunia pada tahun 2009 lalu.

Sejarah Candi Muara Takus

Sejarah Candi Muara TakusKompleks candi Muara Takus merupakan bangunan suci dimana pembangunanya diperkirakan berasal dari masa berkembangnya agama Hindu dan Budha di Indonesia. Asal usul candi ini masih menjadi misteri hingga sekarang, karena kurang ditemukanya bukti – bukti kuat yang berkaitan dengan candi ini. Candi ini diperkirakan dibangun pada masa kerajaan Sriwijaya yaitu antara abad ke-4 hingga abad ke-11 Masehi.

Candi ini merupakan candi Budha di  Indonesia tertua yang pernah ditemukan di Pulau Sumatra yang bernuansa Budha. Hal ini ditunjukkan pada salah satu bangunanya berbentuk seperti stupa, dimana stupa sendiri merupakan lambang dari Budha Gautama. Stupa-stupa seperti bisa anda temukan di Candi Sewu, yang juga salah satu candi agama Budha. Dan juga di Salah satu bangunan candi di muara takus juga terdapat  yoni dan lingga yang menggambarkan jenis kelamin. Sehingga candi ini juga diperkirakan sebagai bangunan dengan perpaduan Budha dan Syiwa dimana arsitekturnya menyerupai bangunan candi-candi di Myanmar.

Penamaan candi Muara takus sendiri terdapat dua pendapat yang berbeda, dimana yang pertama adalah dimana nama candi Muara takus diambil dari nama sebuah sungai kecil yang bermuara di Sungai Kampar. Sungai kecil itu adalah sungai takus. Sedangkan pendapat yang kedua mengatakan bahwa nama muara takus diambil dari dua kata yaitu “Muara” yang berarti Tempat dimana akhir dari aliran sungai, daerah tersebut bisa berupa laut atupun sungai yang memiliki ukuran lebih besar. dan Takus sendiri diambil dari bahasa China yaitu Takuse. Ta dalam bahasa China berarti besar, ku memililiki arti tua, dan memiliki arti kuil, dimana jika dirangkai menjadi satu kalimat berarti sebuah kuil atau candi tua yang berukuran besar dan terdapat pada Muara sungai.

Agama Hindu dan Budha memiliki konsep dimana setiap bangunan untuk tempat peribadahan harus memiliki sumber air yang dianggap suci. Dimana biasanya air tersebut dipergunakan sebagai media dalam upacara maupun ritual dalam agama. Untuk menjaga kesucian dari air tersebut, pada bagian pusat bangunan atau brahmasthana harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Dan juga di keempat arah mata angin juga harus dirawat dengan baik karena disitulah dewa penjaga mata angin atau yang juga dsebut dewa lokapala menjaga dan melindungi daerah perpaduan antara alam nyata dan alam ghaib, yang disebut wastupurumasamandala.

Arsitektur Candi Muara Takus

Berbeda dengan beberapa candi yang berdri di Jawa yang menggunakan batu andesit sebagai unsure utama dalam bangunanya. Bangunan candi Muara takus terbuat dari perpaduan antara batu bata dan batu sungai. Batu bata untuk membuat candi Muara takus berasal dari tanah liat yang berada cukup jauh dari lokasi pendiran candi ini. Yaitu diambl dari desa ponkai yang letakanya sekitar 6 kilometer dari candi.

Didalam kompleks candi Muara takus terdapat gundukan yang diperkiarakan sebagai tempat untuk membakar tulang manusia, dan diluar situs candi muara takus terdapat beberapa bekas bangunan yang sudah tidak berbentuk lagi, yang juga terbuat dari batu bata. Didalam kompleks candi Muara Takus terdapat beberapa candi yaitu candi mahligai, candi Tua, Candi Bungsu, dan Candi Palangka.

1. Candi Mahligai

Candi MahligaiCand Mahligai juga disebut Stupa mahligai memiliki bangunan yang paling utuh diantara candi – candi lain di komplesk candi muara takus. Stupa mahligai terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian atap, bagian badan dan bagian kaki. Candi ini memiliki dasaran berbentuk persegi panjang, dimana memiliki lebar 10.44 meter dan panjang 10.6 meter dan memiliki tinggi keseluruhan sekitar 14 meter. Bangunan ini mempunyai 28 sisi yang berada di sekitar bangunan utama candi, dan candi ini menghadap ke selatan.

Terdapat ukiran bergambar lotus ganda di bagian alasnya, sedangkan di tengahnya terdapat menara berbentuk silinder yang terdiri dari 36 sisi, dimana dibagian dasar sisi memiliki bentuk kelopak bunga. Dan pada bagian atas candi Muara takus berbentuk lingkaran. Candi Mahligai memiliki bentuk seperti menara yang mirip seperti yoni.

Dahulu, pada setiap sudut sisi dasaran candi terdapat patung singa yang sedang di duduk dan dibuat dari batuan andesit. Dan juga dibagian puncak menara, ada batu yang diukir dengan relief-relief, dimana salah satunya adalah lukisan daun oval. Candi Mahligai diperkirakan dibangun dalam dua tahap, dimana pada pembangunan terakhir adalah penambahan dari bagian kaki candi. Pada tahun 1978 candi mahligai mulai dipugar dan baru selesai paa tahun 1983.

2. Candi Tua

Candi TuaCandi Tua, atau yang disebut candi sulung merupakan bangunan terbesar yang berada di kompleks candi muara takus. Sama seperti candi Mahligai, candi Tua juga dibagi menjadi tiga bagian, yatu bagian atap,badan dan kaki candi. Pada bagian kaki candi terbagi lagi menjadi 2 bagian, dimana pada bagian pertama memilki tinggi 2.37 meter, sedangkan pada bagian kedua kaki candi memilki tinggi 1.98 meter. Terdapat tangga masuk dibagian timur yang memiliki lebar 4 meter dan juga di bagian barat selebar 3.08 meter yang dijaga dengan patung singa. Candi tua diperkirakan berbentuk lingkaran dengan diameter kurang lebih 7 meter persegi dan dengan tinggi 2.5 meter.

Candi Tua memiliki fondasi berbentuk persegi panjang dengan ukuran 31.65 meter x 20.20 meter dan memiliki 36 sisi. Dan Pada bagian atas candi tua sudah rusak, dimana berbentuk bundaran, dan tinggi candi tua ini sekitar 8.5 meter. Candi Tua dibangun dengan menggunakan batu pasir (tuff) dan batu bata cetakan. Candi ini juga pernah beberapa kali dipugar. Pada tahun 1990 candi ini dipugarpada bagian kaki bagian bawah di sebelah timur. Pada tahun 1992 hingga 1993 pemugaran dilakukan pada kaki bagian bawah dan kaki bagian atas.

3. Candi Bungsu

candi bungsuCandi ini terletak disebelah timur candi mahligai, dimana hanya berjarak 3.85 meter. Bangunan candi bungsu dibuat dari batu bata merah dan memiliki panjang 13.2 meter, lebar 16.20 meter. Candi bungsu memiliki bentuk mirip seperti candi sulung, namun dibagian atas candi memiliki bentuk persegi. Pada bagian timur candi terdapat sebuah tangga yang dibuat dari batu putih dan juga terdapat beberap stupa yang berukuran kecil. Bagian alas dari candi bungsu mempunyai 20 sisi.

Salah seorang peneliti yang bernama Yzerman menemukan lubang di bagian pinggi padmasana stupa dimana didalam lubang tersebut terdapat abu dan tanah. Dan didalam tanah tersebut Yzerman menemukan tiga keeping emas. Sedangkan dibagian dasar lubang terdapat satu keeping emas yang bergambar trisula dan 3 huruf nagari. Dibawah lubang, Yzermen juga menemukan batu persegi, dimana pada bagian bawah batu terdapat gambar trisula dan 9 huruf nagari.

Candi Bungsu dibuat dengan menggunakan batu bata dan batu pasir. Dimana pada bagian utara candi dibuat dari batu pasir, sedangakan pada bagian selatan candi dibuat dari bahan batu bata. Diperkirakan, pada awal pembangunan candi bungsu menggunakan batu pasir, dan kemudian terjadi pembangunan ulang yang menggunakan batu bata.

4. Candi Palangka

Candi Palangka memiliki ukuran panjang 5.10 meter dan lebar 5.7 meter dan memiliki tinggi kurang lebiih 2 meter, dimana candi palangka terletak disebelah timur dari candi Mahligai. Bangunan ini sepenuhnya dibuat dari batu bata. Candi ini menghadap ke utara, hal ini ditandai dengan terdapat pintu masuk yang berada di sisi utara bangunan candi. Pada zaman dahulu, candi palangka diperkirakan dipakai sebagai Altar.

Lokasi Candi Maura takus

Sejarah Candi Muara Takus merupakan salah satu Candi Peninggalan agama Budha di Pulau Sumatra. Candi ini berada di Provinsi Riau dan berjarak 135 kilo meter dari kota pekan baru. Tepatnya di Desa Muara Takus, Kecamatan Tiga Belas Koto, Kabupaten Kampar. Untuk menuju candi ini, anda harus melaluinya dengan jalur darat dari kota Pekanbaru menuju ke Bukit tinggi, hingga anda sampai di muara mahat. Dari muara mahat, terdapat jalan kecil yang menuju Muara Takus. Dan berikut adalah penjelasan lebih detailnya.

  • Angkutan umum menuju Muara takus hanya beroperasi dari pagi hingga sore saja.
  • Dari kota Pekanbaru anda bisa naik trans Metro Pekanbaru, bus kota, atau angkot menuju Pasar Panam. panam merupakan daerah perbatasan antara kabupaten Kampar dan kota pekanbaru.
  • Di pasar Panam, Anda bisa naik superben (angkutan umum di Pekan baru) menuju Bengkinang dengan harga 50 ribu rupiah. Sebenarnya ada Superben dari Pekanbaru langsung menuju muara takus, namun untuk jurusan muara takus hanya beroperasi pagi hari dengan biaya 70 ribu rupiah.
  • Setelah sampai di terminal bengkinang anda bisa langsung naik superben yang menuju Muara takus, namun superben menuju muara takus dari bengkinang hanya beroperasi sampai jam tiga saja. Jika memang anda tidak menemukan superben menuju Muara takus, anda bisa naik angkot menuju pasar kuok dahulu dengan membayar 5 ribu rupiah saja.
  • Dari pasar kuok anda bisa cari superben untuk menuju desa muara takus
  • Mintalah kepada supir superben untuk turun di pertigaan menuju candi muara takus.
  • Dari pertigaan menuju candi muara takus, anda bisa berjalan kaki, atau jika anda tidak ingin kecapekan anda bisa naik ojek untuk menuju candi muara takus.

The post Sejarah Candi Muara Takus Singkat Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Buddha Gautama Secara Singkat dan Lengkap /agama/buddha/sejarah-buddha-gautama Thu, 25 Oct 2018 08:24:43 +0000 /?p=1441 Agama Buddha adalah agama yang memiliki dasar ajaran yang berusia lebih dari 2000 tahun dan berasal dari India. Sekitar 350-550 juta orang di seluruh dunia saat ini menjadi penganut agama…

The post Sejarah Buddha Gautama Secara Singkat dan Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Agama Buddha adalah agama yang memiliki dasar ajaran yang berusia lebih dari 2000 tahun dan berasal dari India. Sekitar 350-550 juta orang di seluruh dunia saat ini menjadi penganut agama Buddha. Arti dari Buddha sendiri yaitu “Yang Telah Sadar”, “Yang Telah Terjaga”, atau “Yang Telah Cerah”. Asal kata Buddha yaitu dari kata Budh yang artinya terjaga, menyadari, dan memahami dan juga menjadi akar dari kata – kata seperti bodhi, bodha, bodhati, dan buddhi. Di Indonesia juga terdapat beberapa bukti penyebaran agama Buddha, seperti candi peninggalan Budha dan candi Budha di Indonesia.

Buddha adalah sebuah gelar untuk seseorang yang telah mencapai pencerahan sempurna. Ajaran agama ini mengedepankan mengenai cinta kasih dan kebijaksanaan, yang dianggap sesuai dengan pengertian filsafat atau jalan hidup oleh sebagian orang. Karena itulah istilah “isme” yang sering ditambahkan pada ajaran filsafat juga kerap disandingkan dengan kata Buddha, sehingga kata Buddhisme menjadi sebutan lain untuk agama Buddha.

Sejarah Buddha Gautama

Sejarah Buddha GautamaMembahas tentang keberadaan agama Buddha tidak dapat dilepaskan dari sosok Siddharta Gautama sebagai penemu dan juga penyebar ajaran Buddha. Siddharta Gautama menemukan dan mengajarkan agama Buddha setelah mencapai suatu pencerahan secara sempurna atau disebut penyadaran penuh. Tahun kelahirannya bervariasi dan tidak ada sumber yang pasti.

Siddharta Gautama atau Buddha lahir sekitar abad 4 hingga 6 SM di kerajaan kecil yang terletak di bawah kaki gunung Himalaya, tepatnya di Lumbini, Nepal. Ayahnya, Raja Suddhodana, adalah seorang kepala suku klan Shakya. Ibunya meninggal tidak lama setelah Siddharta lahir. Dikatakan bahwa 12 tahun sebelum kelahirannya, para Brahmana telah meramalkan bahwa ia akan menjadi pendeta legendaris atau seorang raja yang agung. Ia akan menjadi pertapa apabila melihat orang sakit, orang tua, orang meninggal dan seorang pertapa. Karena ia termasuk ke dalam wangsa Ksatriya, maka ayahnya tidak ingin Siddharta menjadi pertapa dan tidak meneruskan tahta sang ayah.

Untuk mencegahnya menjadi seorang pertapa, ayahnya menjaga agar Siddharta tetap berada di dalam lingkungan istana sehingga Gautama hidup di lingkungan kemewahan sebagai seorang pangeran dari sukunya, dilindungi dari dunia luar, diajar oleh para Brahmana, serta dilatih dalam bidang panahan, keahlian berpedang, gulat, berenang, dan lari. Ketika sudah cukup umur, ia menikah dan mempunyai seorang anak lelaki. Walaupun memiliki segalanya, beliau tidak pernah merasa cukup. Selalu ada sesuatu yang menariknya untuk keluar ke dunia dibalik dinding istananya. Pada suatu saat di jalanan Kapilavastu di usianya yang berada di akhir 20an, Ia menemukan tiga hal sederhana: seorang lelaki yang sakit, seorang lelaki tua, dan mayat yang sedang dibawa ke tempat pembakaran.

Tidak ada hal yang mempersiapkannya untuk pengalaman semacam ini selama hidupnya. Ia baru mengetahui bahwa semua orang akan menjadi tua, sakit dan bisa meninggal. Hal tersebut memicu berbagai pertanyaan yang membawanya terus mengeksplorasi dan melihat seorang pertapa yang mengundurkan diri dari kehidupan duniawi dan mencari pembebasan dari ketakutan manusia akan kematian dan penderitaan. Pada usia 29 tahun, Siddharta meninggalkan kerajaannya, istri dan anaknya yang baru lahir untuk menjadi seorang pertapa dan bertujuan untuk menemukan cara untuk menghilangkan penderitaan universal yang dipahaminya sebagai salah satu ciri kehidupan manusia. Simak juga mengenai sejarah patung buddha tidur, sejarah candi sewu, sejarah kerajaan Mataram kuno yang berkaitan dengan penyebaran agama Buddha di Indonesia di zaman lampau.

Kehidupan Pertapaan dan Pencerahan

Selama enam tahun berikutnya Siddharta menjalani kehidupan pertapaan dan mengambil bagian dalam prakteknya, belajar dan bermeditasi menggunakan ajaran berbagai guru spiritual yang membimbingnya yaitu pertapa Alara Kalama dan Udaka Ramputra. Ia belajar cara baru untuk hidup dengan sekelompok yang terdiri dari lima pertapa yang kemudian menjadi pengikutnya berkat dedikasinya yang sangat tinggi. Ketika jawaban untuk pertanyaan – pertanyaannya tidak juga muncul, ia menggandakan usahanya, menahan rasa sakit, berpuasa hingga hampir kelaparan, dan menolak minum air.

Apapun yang dicobanya, Siddharta tidak dapat mencapai tingkat kepuasan yang dicarinya, sampai suatu saat ketika seorang gadis muda menawarinya semangkuk susu. Ketika ia menerima, kemudian menyadari bahwa menahan diri secara jasmani bukanlah cara untuk mencapai kemerdekaan diri, dan bahwa hidup dibawah kekangan fisik yang keras tidak akan membantunya mencapai pelepasan spiritual. Jadi ia menerima susu tersebut, minum air dan mandi di sungai.  Sejak saat itu, Siddharta mendorong orang – orang untuk mengikuti jalan keseimbangan daripada mengikuti jalan yang ekstrim. Jalan tersebut dinamakannya The Middle Way. Berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Buddha di Indonesia, simak juga  peninggalan kerajaan Majapahit dan peninggalan kerajaan Sriwijaya.

Kemunculan Sang Buddha

Sejarah Buddha Gautama mencapai waktunya ketika suatu malam Siddharta duduk di bawah pohon Bodhi, bersumpah tidak akan bangun sampai kebenaran yang dicarinya datang dan bermeditasi sampai matahari terbit keesokan harinya. Ia tetap disana selama beberapa hari untuk memurnikan pikirannya, menelaah seluruh hidupnya dan kehidupan sebelumnya di dalam pikiran. Pada pertapaan ini ia diganggu oleh Mara, dewa penggoda yang berkekuatan dahsyat. Ia menaklukkan dan melawan Mara ketika bintang pagi tampak di ufuk timur dengan kemauan yang keras dan keyakinan yang kukuh.

Sehingga pada saat itu Ia mencapai Pencerahan Sempurna dan menjadi Samyaksam Buddha, tepat ketika waktu bulan Purnama Siddhi di usianya yang ke 35 tahun di bulan Waisak. Dari tubuhnya memancar enam sinar Buddha ketika mencapai pencerahan sempurna. Keenam sinar Buddharasmi tersebut adalah warna biru/nila yang artinya bhakti, kuning/pita yang artinya kebijaksanaan dan pengetahuan, merah/lohita artinya kasih sayang dan belas kasih, putih/avadata yang berarti suci, jingga/mangasta yang artinya semangat, dan campuran semua sinar tersebut yang dinamakan prabhasvara.

Penyebaran Ajaran Buddha

Sejarah Buddha Gautama kemudian mendapatkan gelar setelah mencapai pencerahan sempurna, antara lain Buddha Gautama, Sakyamuni, Tathagata (Ia Yang Telah Datang, Ia Yang Telah Pergi), Sugata (Yang Maha Tahu), Bhagava (Yang Agung) dan masih banyak lagi gelar lainnya. Khotbah pertamanya yang disebut Dhammacakka Pavattana Sutta didengarkan oleh kelima pertapa pengikutnya. Isi khotbah tersebut adalah penjelasan mengenai Jalan Tengah yang ditemukannya, yaitu berupa Delapan Ruas Jalan Kemuliaan dan juga Empat Kebenaran Mulia yang menjadi pilar dari ajaran Buddha.

Kemudian Siddharta membentuk Sangha, suatu komunitas untuk para pertapa yang tidak mengacuhkan semua pembatas antara kelas, ras, jenis kelamin dan latar belakang manusia dengan hanya satu tujuan untuk mencapai pencerahan. Pada akhirnya ia bertemu kembali dengan ayahnya. Istrinya, Yasodhara, menjadi murid dan pertapa juga, sementara anaknya Rahula menjadi rahib di usia 7 tahun dan tinggal bersama ayahnya seumur hidup.

Selama empat puluh lima tahun kemudian Buddha Gautama menyebarkan Dharma dengan berkelana, kepada umat manusia lainnya dan menyebarkan dengan cinta dan kasih sayang hingga usianya 80 tahun dan menyadari bahwa tiga bulan setelahnya ia akan mencapai Parinibbana atau Parinirvana yaitu meninggalkan bentuk fisik tubuhnya. Tubuh Buddha kemudian dikremasi, dan sisa abunya ditempatkan di kubah berbentuk stupa yang merupakan bentuk umum dalam agama Buddha, dan disebarkan dalam banyak lokasi termasuk China, Myanmar dan Srilanka. Selama 2500 tahun kemudian ajaran Buddha tetap diikuti oleh banyak orang di dunia, terus menarik banyak pengikut dan merupakan salah satu agama yang tumbuh dengan cepat, walaupun banyak yang tidak menganggapnya sebagai agama namun sebagai ajaran hidup atau filosofi.

The post Sejarah Buddha Gautama Secara Singkat dan Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Brahu Trowulan Mojokerto Paling Lengkap /agama/buddha/sejarah-candi-brahu Thu, 31 May 2018 03:53:05 +0000 /?p=944 Candi Brahu merupakan Candi peninggalan Budha yang diperkirakan berusia lebih tua dibandingkan kerajaan Majapahit. Seperti yang kita tahu bahwa Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang dulunya pernah Berjaya dan bahkan luas…

The post Sejarah Candi Brahu Trowulan Mojokerto Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Candi Brahu merupakan Candi peninggalan Budha yang diperkirakan berusia lebih tua dibandingkan kerajaan Majapahit. Seperti yang kita tahu bahwa Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan yang dulunya pernah Berjaya dan bahkan luas wilayah nya mencakup Singapura, Malaysia, sebagian Thailand, Kamboja, Vietnam dan Filipina. Candi Brahu sendiri terletak di Trowulan, dimana di percaya sebagai Ibukota kerajaan Majapahit pada masa lalu. Tepatnya di dukuh Jambu Mete, Besa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto Provisi Jawa Timur. Namun, keberadaan Candi ini diperkirakan sudah ada sebelum Kerajaan Majapahit berdiri.

Untuk menuju candi Brahu tidaklah sulit, dari Jalan Raya Mojokerto – Jombang, tepat didepan kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Timur, terdapat jalan menuju ke utara yang tidak terlalu besar. Anda ikuti saja jalan tersebut sekitar 1,8 kilometer jauhnya. Candi Brahu berada berada di sebelah kanan jalan tersebut dimana candi Brahu berukuran tinggi 25,7 meter dan lebar 20.7 meter.

Sejarah Candi Brahu

Sejarah Candi BrahuBerbeda dengan Candi kerajaan-kerajaan di Jawa Timur lainya, seperti sejarah candi Kidal di Malang, candi jago, Candi Tikus, yang dibangun sebagai makam bagi para raja-raja terdahulu. Candi Brahu digunakan hanya sebagai tempat untuk sembahyang. Candi Brahu merupakan salah satu candi yang diperkirakan dibangun sebelum pemerintahan kerajaan Majapahit yang berada dalam lingkungan situs Trowulan. Candi Brahu sudah ada ketika majapahit dipimpin oleh Hayam Wuruk, dan bahkan candi ini sudah ada ketika masa pemerintahan Raja Brawijaya I. Oleh sebab itu, Sejarah Candi Brahu di perkirakan candi yang pertama kali dibangun di situs sejarah di trowulan.

Candi ini didirikan oleh Empu Sendok, dimana Empu Sendok merupakan seorang raja dari sejarah Kerajaan Mataram kuno dan diperkirakan candi Brahu merupakan salah satu peninggalan kerajaan Mataram Kuno. Hal ini disimpulkan dari sebuah prasasti yang ditemukan 45 meter di sebelah barat dari candi Brahu. Dimana dalam prasasti tembaga Alasantan disitu disebutkan kata Warahu atau Wanaru yang merupakan bangunan suci yang digunakan dalam acara keagamaan. Dari kata Wanaru tersebut, kemudian dikaitkan dengan kata Brahu. Prasasti tersebut berangka tahun 861 Saka, atau 9 September 939 Masehi. Dimana dalam prasasti tersebut juga disebutkan bahwa pembuatan candi Brahu atas perintah raja mpu Sendok dari Kahuripan. Diihat dari penemuan prasasti yang berangka tahun 939 Masehi, Sejarah Candi Brahu memiliki usia yang lebih tua dari pada kerajaan Majapahit.

Sedangkan Pada masa sejarah kerajaan Majapahit, Candi Brahu dianggap sebagai bangunan suci yang dipergunakan untuk tempat persembahyangan dan tempat berdoa. Hal ini didasarkan pada penemuan beberapa benda yang biasanya digunakan dalam upacara – upacara keagamaan yang terbuat dari logam.

Dilihat dari struktur bangunannya, Sejarah Candi Brahu merupakan candi kerajaan Budha, dimana candi ini memiliki stupa yang merupakan cirri khas dari candi agama Budha. Hal ini juga sangat berseberangan dengan peninggalan kerajaan Majapahit yang merupakan salah satu kerajaan Hindu di Indonesia. Dari segi bentuknya juga, candi Brahu cukup berbeda dengan candi-candi yang berada di Trowulan lain. Dimana hampir semua candi di trowulan di bangun ketika masa pemerintahan kerajaan majapahit.

Menurut masyarakat sekitar candi Brahu mengatakan bahwa, pada zaman dahulu candi ini digunakan sebagai tempat untuk membakar jenazah raja-raja Majapahit, dari Raja Brawijaya 1 hingga raja brawijaya IV. Namun, dari situ tidak ditemukanya bekas abu sisa pembakaran dari jenazah-jenazah tersebut. Tidak jauh dari candi Brahu terdapat candi Gentong, candi gedong, dan candi Tengah. Candi gentong terletak hanya sekitar 360 meter dari Candi Brahu. Sedangkan Candi Gedong dan candi tengah sudah tidak tersisa lagi.

Arsitektur Bangunan Candi Brahu

Candi Brahu memilikii struktur dasar adalah kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Ukuran awal candi Brahu seiktar 17 x 17 meter, kemudian diperlebar di bagian kaki candi nya. Candi ini juga memeiliki relief yang menggambarkan sekretisme antara agama Hindu dan agama Budha. Namun pada dasarnya candi Brahu memiliki struktur utama yang hampir sama dengan candi-candi yang berada di Jawa Timur. Dimana memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

  • Memilliki bentuk bangunan candi yang ramping
  • Atapnya terdiri dari perpaduan dari tingkatan
  • Puncak atap berbentuk kubus
  • Pintu dan relung pada candi terukir kala hanya pada bagian atasnya saja, dan tidak ditemukanya makara
  • Relief tidak terlalu timbul dengan penggambaran tokoh-tokohnya menyerupai wayang kulit
  • Terletak dibelakang halaman
  • Kebnayakan menghadap kebarat
  • Dan sebabagian besar menggunakan batu bata merah, Hal ini disebabkan karena tidak adanya batu andesit yang digunakan untuk membangun candi seperti candi-candi di jawa tengah.

Untuk arsitektur candi Brahu berikut adalah ulasannya:

1. Bagian Kaki Candi Brahu

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa kaki candi diperkirakan hanya berukuran 17 x 17 meter. Karena dtemukanya susunan batu bata yang terpisah pada bagian kaki candi. Kaki candi brahu memiliki bingkai bawah, dan bingkai atas dimana bingkai atas merupakan tempat berdirinya tubuh candi. Bingkai – bingkai tersebut terdiri dari sisi genta dengan bentuk setengah lingkaran, dan memiliki pelipit rata. Kaki candi brahu terdiri dari dua tingkat, diamana terdapat tangga menuju bagian dalam candi. Selasar dari tangga tersebut sudah tidak berbentuk. Candi Brahu pada dasarnya menghadap kearah barat.

2. Bagian Tubuh Candi Brahu

Bagian Tubuh Candi BrahuKebanyakan batu yang dipasang di candi Brahu merupakan hasil pemugaran dari pemerintah Belanda. Tubuh candi ini memiliki sudut yang banyak, bertekuk dan tumpul. Pada bagian tengah tubuh candi agak sedikit mengecil, sehingga memberikan kesan bentuk dari candi Brahu sepeti pinggang. Pada bagian depan tubuh candi lekukan tersebut dipertegas dengan pola susunana batu.

Bagian tubuh Candi Braha berukuran 10 x 10.5 meter dengan tinggi candi sekitar 9.6 meter. Pada bagian dalam candi terdapat ruanagan dengan luas 4 x 4 meter. Lantai pada ruangan didalam candi brahu dalam keadaan rusak. Didalam ruangan candi Brahu, juga pernah ditemukanya sisa-sisa arang, untuk kemudian arang tersebut dibawa ke BATAN, sebuah badan pusat penelitian tenaga atom nasional untuk dianalisa. Dari hasil analisa tersebut, menunjukkan bahwa menurut penanggalan karbon, arang tersebut berasal pada tahun antara tahun 1410 hingg tahun 1646 masehi.

3. Bagian Atap candi

Atap candi brahu juga berbeda dengan beberapa candi yang berada di trowulan yang pada umumnya berbentuk prisma atau segi  empat bersusun, Candi Brahu memiliki sudut yang banyak dan pada bagian atap paling atas berbentuk datar. Candi ini dibangun dengan cara merekatkan batu-batu tersebut sehingga menghasilkan bentuk candi yang presisi dan enak dipandang. Atap candi Brahu memeiliki tinggi sekitar 6 meter.  Di bagain sudut tenggara dari atap candi, terdapat hiasan yang sudah rusak yang berbentuk lingkaran yang diperkirakan sebagai sisa – sisa stupa. Dari situlah beberapa ahli menyimpulkan bahwa candi brahu merupakan candi yang bercorak Budha.

Penemuan di sekiar Candi Brahu

prasasti tembaga AlasantanDi sebelah barat dari candi Brahu juga ditemukan sebuah prasasti tembaga Alasantan. Prasasti tersebut berangka tahun 861 Saka, atau 9 September 939 Masehi. Dimana dalam prasasti tersebut juga disebutkan bahwa pembuatan candi Brahu atas perintah raja mpu Sendok dari Kahuripan. Diihat dari penemuan prasasti yang berangka tahun 939 Masehi, Candi Brahu memiliki usia yang lebih tua dari pada kerajaan Majapahit Candi ini didirikan oleh Empu Sendok, dimana Empu Sendok merupakan seorang raja dari Kerajaan Mararam kunno. prasasti yang ditemukan 45 meter.

Dimana dalam prasasti tembaga Alasantan disitu disebutkan kata Warahu atau Wanaru yang merupakan bangunan suci yang digunakan dalam acara keagamaan. Dari kata Wanaru tersebut, kemudian dikaitkan dengan kata Brahu. Candi ini dipugar pada tahun 1990 hingga tahun 1995. Candi ini juga memeiliki relief yang menggambarkan sekretisme antara agama Hindu dan agama Budha. Dengan penggambaran dari dua agama ini, hinga saat ini candi Brahu dirawat oleh umat Budha dan juga hindu. Candi ini juga masih aktif digunakan untuk tempat menaruh sesaji.  Sesaji biasanya diletakkan hanya di depan bagian pintu candi.

Disekitar candi Brahu terdapat juga candi-candi yang ditemukan, seperti candi Gentong, candi gedong, dan candi Tengah. Candi gentong terletak hanya sekitar 360 meter dari Candi Brahu. Sedangkan Candi Gedong dan candi tengah sudah tidak tersisa lagi. Selain candi-candi diatas dan juga prasasti yang menjadi petunjuk dibangunya candi Brahu, disekitar bangunan candi juga dtemukan beberapa benda-benda yang diperkirakan juga berasal dari masa Kerajaan majapahit atau bahkan sebelumnya. Diantaranya yaitu:

  • Lempengan Prasasti yang diperkirakan berasal dari masa raja Mpu Sendok sejumlah 4 buah
  • Arca yang bercorak agama Budha yang berjumlah 6 buah.
  • Piring yang terbuat dari perak, dimana pada bagaian bawah terdapat tulisan kuno
  • Beberapa perhiasan yang berbahan emas dan perak.

Lokasi Candi Brahu

Candi Brahu terletak di Kecamatan Trowulan, Tepatnya di dukuh Jambu Mete, Besa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Provisi Jawa Timur. Pemukiman di sekitar candi Brahu terpencar di daerah pegunungan dan juga sekitar lembah sungai. Daerah ini masih sangat jarang penduduknya, kebanyakan warga yang hidup disini adalah dari golongan bangsawan atau dari para pemuka agama. Mungkin Keadaan masayarakat di sekitar candi Brahu hampir mirip seperti keadaan ketika kerajaan Majapahit masih berkembang. Masyarakat di sekitar situs trowulan dan khususnya di area sekiar candi Brahu masih sangat mengharagai kebudayaan leluhurnya.  Di Trowulan sendiri anda bisa berkeliling dan mempelajari sejarah candi-candi yang ada disiniseperti sejarah candi Bajang Ratu, Sejarah Patung Budha tidur terbesar di Indonesia.

Kehidupan masayarakat sekitar Candi Brahu juga sangat taat terhadap agama yang mereka anut. Dimana sistem masyarakat sekitar juga masih menganut kebudayaan dari Majapahit dulu.Dimana terdapat lingkungan agama yang biasanya hidup secara berkelompok, seperti mandala, sima, dharama, dan lain sebagainya. Untuk menuju ke Candi Brahu tidak lah terlalu sulit, dan berikut adalah rute untuk menuju ke candi Brahu. Untuk menuju candi Brahu tidaklah sulit, dari Jalan Raya Mojokerto – Jombang, tepat didepan kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Provinsi Jawa Timur, terdapat jalan menuju ke utara yang tidak terlalu besar. Anda ikuti saja jalan tersebut sekitar 1,8 kilometer jauhnya.

The post Sejarah Candi Brahu Trowulan Mojokerto Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
35 Candi Budha di Indonesia dan Letaknya (#Paling Lengkap) /agama/buddha/candi-budha-di-indonesia Mon, 21 May 2018 08:35:09 +0000 /?p=963 Agama Budha sudah masuk ke Indonesia dari abad ke 2 Masehi. Bahkan agama Budha sudah banyak mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Mulai dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik,…

The post 35 Candi Budha di Indonesia dan Letaknya (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Agama Budha sudah masuk ke Indonesia dari abad ke 2 Masehi. Bahkan agama Budha sudah banyak mempengaruhi dalam segala aspek kehidupan masyarakat di Indonesia. Mulai dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik, serta budaya di Indonesia. serta mengubah kepercayaan. Bahkan agama Budha sudah meninggalkan beberapa bangunan seperti candi yang sudah tersebar dibeberapa Pulau di Indonesia.

Candi Budha di Indonesia

Candi merupakan sebuah bangunan keagamaan yang menjadi tempat ibadah pada zaman peradaban Buddha. Candi adalah salah satu jenis bangunan agama Budha yang memiliki karya seni tinggi. Didalam candi, kalian akan menemukan berbagai macam ukiran serta pahatan. Berikut beberapa candi Budha di Indonesia.

1. Candi Borobudur

Candi Borobudur merupakan salah satu Candi Peninggalan Budha. Candi ini berlokasi di Magelang, Jawa Tengah. Candi Borobudur merupakan candi yang dibuat oleh umat agama Buddha. Candi ini berdiri pada tahun 800 Masehi pada zaman pemerintahan wangsa Syailendra.

2. Candi Mendut

Candi mendut memiliki tinggi bangunan 26,4 meter dan berada di Jl. Mayor Kusen, Mendut, Magelang. Candi ini diyakini dibangun pada tahun 824 Masehi saat masa Raja Indra, Dinasti Syailendra. Candi ini berhasil ditemukan pada tahun 1908 oleh J.G. de Carparis yang merupakan arkeolog Belanda. Sejarah Candi Mendut juga banyak yang perlu dipelajari.

3. Candi Ngawen

Candi Ngawen yang terletak di desa Ngawen, Magelang. Candi ini terdiri dari dua candi kecil yang dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 zaman Kerajaan Mataram Kuno sekitar tahun 824 M.

4. Candi Lumbung

Candi Lumbung merupakan candi yang dibuat pada masa Kerajaan Mataram Kuno pada abad ke-9 Masehi. Candi lumbung merupakan suatu kompleks dengan candi utama yang bertemakan Buddha dan dikelilingi 16 candi kecil.

5. Candi Banyunibo

Candi Banyunibo merupakan candi yang dibangun pada abad ke-9 Masehi pada masa pemimpinan Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini memiliki stupa di bagian atas dan memiliki corak yang sangat kental dengan agama Buddha. Candi Banyunibo berlokasi di Yogyakarta tidak terlalu jauh dengan Candi Ratu Boko.

6. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus berlokasi di Muara Takus, Prov. Riau, Pekanbaru. Candi unik terbuat dari batu pasir, batu sungai, serta batu bata. Candi ini merupakan salah satu kompleks candi tertua. Candi ini dikelilingi oleh tembok yang cukup tinggi berukuran 74 x 74 meter serta tembok dari tanah berukuran 1,5 x 1,5 kilometer.

7. Candi Brahu

Candi Brahu merupakan salah satj canfi yang kental dengan kultur agsma Buddha dan dibangun pada abad ke 15 Masehi. Candi ini dulunya dipakai sebagai krematorium bagi jenazah raja Kerajaan Brawijaya. Candi ini berlokasi  di Desa bejijong, Kan. Mojokerho, Jawa Timur ini masih.

8. Kompleks Candi Batujaya

Kompleks Percandian Batujaya memiliki candi-candi yang tertimbun di tanah sehingga terlihat seperti bukit. Kompleks ini merupakan sisa-sisa percandian peradaban Buddha kuno. Kompleks ini berlokasi di Batujaya, Karawang, Jawa Barat. Ciri-ciri percandian cuma ditemukan pada bagian kaki atau hanya dasar bangunannya.

9. Candi Sumberawan

Candi sumberawan merupakan salah satu candi budha di Indonesia.  Candi ini berlokasi di Desa Toyomarti, Kec. Singosari, Malang dan hanya berjarak 6 km dengan Candi Singosari. Candi ini terbuat dari batu andesit serta berukuran 6,25 x 6,25 m dengan tinggi 5,23 m.

10. Candi Sewu

Sejarah Candi Sewu merupakan candi yang dibuat oleh raja Rakai Panangkaran pada zaman kerajaan Mataram Kuno  di abad ke-8. Candi ini berbentuk kompleks dan memiliki 249 candi. Tapi karena candi ini lekat dengan legenda Roro Jonggrang, sehingga orang-orang menyebutnya dengan nama candi sewu (seribu). Candi Sewu senditi berlokasi di Desa Bugisan, Prambanan, Klaten.

11. Candi Kalasan

Candi merupakan salah satu candi umat Buddha yang cukip terkenal. Candi ini berlokasi di desa Kalasan, Sleman, Yogyakarta. Candi dengan 52 stupa ini dibuat pada tahun 778 M untuk Maharaja Tejapurnapana, dan untuk menghormati Bodhisattva wanita serta Tarabhawana.

12. Candi Bahal

Candi Bahal merupakan candi unik yang terbuat dari bata merah. Candi ini sebenarnya merupakan kompleks Candi Buddha dan berlokasi di Desa Bahal, Padang Bolak, Kab. Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Candi ini terdiri atas 3 Biaro Bahal dan saling berhubungan dalam satu garis lurus. Semuanya dibuat oleh bata merah, sedangkan arcanya terbuat oleh batu keras.

13. Candi Pawon

Candi pawon merupakan salah satu  candi Budha dan berlokasi di Kab. Magelang. Candi ini dibuat pada abad ke 826 M pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini memiliki ciri khas 3 buah gambar pada bagian depan. Serta banyak dihiasi oleh stupa serta mempunyai 2 buah jendela kecil pada bagian belakang tembok. Bahkan dinding-dinding luar Candi Pawon terhiasi relief pohon hayati.

14. Kompleks Candi Muaro Jambi

Kompleks percandian ini sangat kental dengan agama Buddha bahkan paling luas di Indonesia. Candi dibuat pada masa Kerajaan Sriwijaya serta Kerajaan Melayu. Kompleks percandian ini terbuat pada abad ke-11 M dan berlokasi di Kec. Muara Sebo, Kab. Muara Jambi, Jambi.

15. Candi Plaosan

Candi Budha di Indonesia selanjutnya adalah candi plaosan. Candi Plaosan merupakan kompleks candi yang dibangun oleh raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada abad ke-9. Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Mataram Kuno. Kompleks percandian ini sendiri berlokasi di Plaosan, Klaten, Jawa Tengah. Kompleks ini terbagi dua yaitu Candi Plaosan Kidul serta Candi Plaosan Lor dan dikelilingi 116 stupa pewara.

16. Candi Sari

Salah satu candi Buddha ini berlokasi tidak jauh dengan Candi Kalasan serta Candi Prambanan. Candi ini dibuat pada abad ke-8  M dengan keunikan memiliki 9 Stupa. Candi ini berada di sebelah timur laut kota Yogyakarta.

17. Candi Sojiwan

Salah satu candi Buddha ini berlokasi di desa Kebon Dalem, Prambanan, Kab. Klaten. Ciri khas dari candi ini adalah  20 relief pada kaki candinya. Candi Sojiwan ini dibuat diantara tahun 842 – 850 Masehi.

18. Candi Mahligai

Candi Budha ini memiliki bangunan candi yang utuh dan terbagi atas tiga bagian. Candi ini tergolong unik karena mempunyai pondasi berbentuk persegi panjang dengan ukuran 9,44 m x 10,6 m serta 28 sisi disekeliling alas candi dengan ornamen lotus pada bagian alas candi.

19. Candi Sanggrahan

Candi yang cukup penting bagi agama Budha ini berlokasi di Desa Sanggrahan, Tulungagung, Jawa Timur. Candi peninggalan kerajaan Majapahit ini dibuat pada tahun 1350 dan memiliki bentuk bujursangkar. Dulunya candi ini difungsikan sebagai tempat penyimpanan abu keluarga raja Majapahit.

20. Candi Jago

Candi ini dibangun pada tahun 12 M pada masa Kerjaan Singasari. Candi ini berlokasi di Kab. Malang, Jawa Timur. Candi ini memiliki ciri khas beberapa relief Pancatantra serta Kunjarakarna. Candi ini terbuat dari bahan batu andesit yang disusun menyerupai teras.

21. Candi Jiwa

Sejarah Candi Jiwa ini memiliki bagian atas yang berbentuk menyerupai bunga teratai. Dimana pada bagian tengahnya ada denah struktur melingkar tapi tidak memiliki tangga di dalamnya. Candi Jiwa sendiri dinamai karena terbuat dari lempengan batu bata serta gundukan tanah yang dipercayai memiliki “jiwa”.

22. Kompleks Percandian Batujaya

Candi Budha di Indonesia selanjutnya adalah kompleks percandian batujaya. Ini merupakan kompleks sisa-sisa percandian peradaban Buddha kuno. Candi ini berlokasi di Ujung Karawang, Kec Batujaya, Karawang, Jawa Barat.

23. Candi Bubrah

Merupakan salah satu candi Buddha dan masih didalam kompleks Candi Prambanan. Candi yang dibangun pada abad ke-9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno dan berlokasi di desa Bugisan, Kec. Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Candi ini dinamai ‘Bubrah’ dikarena kondisi candi yang ditemukan sudah dalam keadaan rusak.

24. Candi Bojongmenje

Kompleks candi agama Budha ini  merupakan peninggalan sejarah pada masa pra-Islam. Candi ini berlokasi di di Dusun Bojongmenje, Kel. Cangkuang, Kec. Rancaekek, Bandung, Jawa Barat.

25. Candi Gampingan

Canfi Gzmping meripakan kompleks candi Buddha yang berlokasi di Gampingan, Kab. Bantul, Yogyakarta. Candi yang dibangun pada abad ke-8 serta ke-9 pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini pertama kali ditemuka oleh pembuat bata pada tahun 1995 dan posisinya candi ini terpendam didalam tanah. Hingga sekarangbelum sepenuhnya selesai dipugar, kompleks reruntuhan candi terlihat mempunyai tujuh buah bangunan candi yang tidak utuh, dengan bangunan utama berukuran kira-kira 5 m x 5 m dan tinggi 1,2 meter.

26. Situs Ratu Baka atau Candi Boko

Sejarah Candi Ratu Boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut dengan luas keseluruhan kompleks sekitar 25 hektar. Candi Boko berada 3 km di sebelah selatan kompleks Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta.

27. Candi Menak Jingga

berupa bebatuan yang terpencar dan fondasi dasar bangunan yang masih terkubur di dalam tanah. Saat ini, pemugaran candi tengah berlangsung. Candi ini terbuat dari batu andesit pada lapisan luarnya, bagian dalamnya bata merah dan bagian atapnya terdapat ukiran Qilin, makhluk ajaib dalam mitologi China.

28. Candi Tikus

adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang menjadi temuan arkeologi paling menarik di Trowulan. Pemberian nama ‘Candi Tikus’ ini karena saat ditemukannya tahun 1914, candi ini menjadi sarang tikus.

29. Candi Tua atau Candi Sulung

merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya pada situs Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Tangga masuk candi terdapat di sisi Barat dan sisi Timur yang didekorasi dengan arca singa dengan lebar masing-masing tangga 3,08 m dan 4 m.

30. Candi Bungsu

berbentuk tidak jauh beda dengan Candi Sulung, namun bagian atasnya berbentuk segi empat. Candi ini berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x 16,20 meter dan di sebelah timurnya terdapat stupa-stupa kecil

31. Candi Palangka

ini terletak di sisi timur Candi Mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 meter x 5,7 meter dan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat dari batu bata dan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah utara serta biasanya digunakan sebagai altar pada masa lampau.

Beberapa candi budha di indonesia lainnya yaitu :

  • Candi Sowijan – Klaten, Jawa Tengah
  • Candi Bajung – Probolinggo, Jawa Timur
  • Candi Dawangsari – Sleman, Jogjakarta
  • Candi Lesung Batu – Musi Rawas, Jambi

Jadi itulah beberapa candi yang bercorak budha di indonesia, semoga dengan banyaknya candi yang ada bisa menambah pengetahuan masyarakat akan kerajaan zaman dahulu.

The post 35 Candi Budha di Indonesia dan Letaknya (#Paling Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Jiwa Karawang (Jawa Barat) Paling Lengkap /agama/buddha/sejarah-candi-jiwa Thu, 12 Apr 2018 08:21:16 +0000 /?p=911 Candi Jiwa terletak di kompleks percandian Batujaya, tepatnya di Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya, Karawang, Jawa Barat. Dimana Candi Jiwa merupakan salah satu candi peninggalan agama Budha yang bahkan umurnya diprediksi…

The post Sejarah Candi Jiwa Karawang (Jawa Barat) Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Candi Jiwa terletak di kompleks percandian Batujaya, tepatnya di Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya, Karawang, Jawa Barat. Dimana Candi Jiwa merupakan salah satu candi peninggalan agama Budha yang bahkan umurnya diprediksi lebih tua daripada Candi Borobudur di Magelang. Selain Candi Jiwa, salah satu candi Budha tua di Indonesia adalah Sejarah Candi Sewu yang berada di Klaten, Jawa Tengah.

Sejarah Candi Jiwa

Sejarah Candi JiwaSelain Candi Jiwa yang berada di Kompleks ini, juga terdapat 46 titik candi-candi yang tersebar di area percandian Batujaya. Dan, juga ada kemungkinan bertambah lagi, karena masih ada penemuan-penemuan situs-situs baru di sekitar kompleks candi Batujaya. Karena masih ada beberapa candi yang diperkirakan terpendam didalam tanah.

Namun, hanya ada beberapa candi yang terkenal dan dipugar oleh Pemerintah diantaranya yaitu:

  • Candi Jiwa atau Candi Batujaya I
  • Candi Blandongan atau Candi Batujaya V
  • Candi Serut atau Candi Batujaya VII
  • Candi Sumur atau Candi Batujaya VIII

Dari beberapa sumber candi Jiwa dibangun antara abad ke-2 hingga abad ke-12 Masehi. Dimana, diperkirakan berkaitan dengan Sejarah Kerajaan Tarumanegara.

1. Sejarah Penamaan Candi Jiwa

Disebut Batujaya I atau candi jiwa memiliki sejarah yang cukup mistis. Dari keterangan warga yang menghuni daerah didekat candi Jiwa, bahwa dulunya unur atau gundukan tanah yang menutupi candi tersebut dilewati oleh kambing. Dan kambing tersebut mati tanpa sebab yang jelas. Dari situ masyarakat sekitar menganggap tempat itu memiliki “Jiwa”, karena tidak hanya sekali, kambing yang melewati unur tersebut mati tanpa sebab yang jelas.

Dari sumber lain mengatakan bahwa, Kata jiwa berasal dari “Syiwa” yaitu salah satu dewa dari agama hindu. Hal ini didasarkan dari pengaruh aksen sunda yang mempengaruhi penyebutan nama Syiwa dari waktu ke waktu sehingga menjadi nama jiwa. Namun, Hal ini cukup dipertanyakan karena beberapa penemuan yang mengerucutkan bahwa candi Jiwa ini lebih kepada candi peninggalan Budha.

2. Sejarah Berdirinya Candi Jiwa dan Kompleks Candi Batujaya

Kompleks Candi BatujayaTidak banyak sumber yang menyatakan asal-usul berdirinya Candi Jiwa ini. Ada beberapa penemuan yang ditemukan di kompleks percandian Batujaya ini. Penemuan tersebut berbentuk tablet / lempengan batu yang berukir relief Budha, beberapa jenis keramik, Sebuah Prasasti terakota yang  meerisi mantra Budha, dan masih banyak lagi. Hal ini menunjukkan bahwa bangunan ini merupakan salah satu bangunan peninggalan agama Budha. Dan hal ini diperkuat lagi dengan arsitek dari candi ini berbentuk seperti bunga teratai yang diduga diatasnya terdapat stupa dari Budha.

Dari sebuah analisis radiometri carbon 14 pada artefak yang telah ditemukan di komplek Percandian Batujaya menyebutkan bahwa candi-candi di kompleks ini dibuat pada abad ke-2 hingga abad ke-12, temasuk candi Jiwa. Hal ini ditunjukkan dari beberapa penemuan prasasti dan , keramik China, votive tablet, dan arca-arca stucco yang ditemukan di kompleks candi Batujaya ini memiliki penanggalan absolute china dan juga bentuk tulisan palografi dari prasasti-prasasti yang ditemukan. Dari beberapa sumber diatas candi Jiwa diperkirakan dibangun pada masa Kerajaan Tarumanegara.

3. Sejarah Penemuan Candi Jiwa dan Kompleks Candi Batujaya

Penelitian awal dilakukan pada tahun 1984 oleh tim Arkeologi dari Fakulyas Sastra Indonesia yang saat ini bernama Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. Hal ini berdasarkan laporan dari penduduk sekitar yang menemukan benda-benda purbakala di area pesawahan yang tertimbun tanah. Timbunan tersebut disebut “ unur” oleh masyarakat sekitar. Unur juga di kermatkan oleh masyarakat sekitar.

Hingga tahun 2000 telah ditemukan sebanyak 24 situs yang berada di desa tegaljaya dan juga desa Segaran. Dimana terdapat 11 situs yang ditemukan di desa Tegaljaya dan 13 Situs yang berada di desa Segaran. Dan ditahun itu pula dari 24 situs yang ditemukan baru terevakuasi 11 Candi dan misteri pembangunan dari candi-candi tersebut sampai saat ini masih belum jelas terungkap, karena memang tidak banyak sumber yang mengungkapkan asal mula dari candi-candi di situs Batujaya ini.  Candi- Candi yang berhasi dievakuasi adalah:

  • Segaran I (Unur jiwa/Candi Jiwa)
  • Segaran III (Unur Damar)
  • Segaran IV
  • Segaran V (Unur Blandongan/Candi Balndongan)
  • Segaran IX (Situs Kolam)
  • Telagajaya I (Unur Serut)
  • Telagajaya V (Unur Asem)
  • Telaga VIII

Namun, saat ini candi Jiwa atau candi Segaran / Batujaya I sudah dipugar meskipun belum keseluruhan terbentuk bentuk asli candinya. Dan juga Candi Blandongan atau candi segaran / Batujaya 5 yang memiliki bentuk yang paling lengkap diantara candi-candi lainnya. Dan dalam penelitianya telah ditemukan sejumlah 31 situs antara tahun 1992 hingga 2006. Dan situs-situs tersebut dinamakan sesuai dengan nama desa tempat ditemukanya seperti situs-situs sebelumnya.

Arsitektur Candi Jiwa

Candi jiwa dievakuasi dari tahun 1997 hingga tahun 2004. Candi ini berbentuk persegi dan berukuran 19 x 19 meter. Sedangkan memiliki tinggi sekitar 4.7 meter. Diperkirakan Candi ini menghadap ke arah tenggara atau bisa juga kearah barat daya karena tidak ditemukan pintu diarea candi Jiwa ini.

Candi Jiwa memiliki bangunan yang mirip seperti Bunga Teratai. Dibagian tengah dari Candi Jiwa terdapat bekas bangunan yang berbentuk lingkaran yang diduga disitu terdapat patung Budha yang pernah berdiri. Dan Candi ini juga tidak ditemukan tangga yang menguatkan dugaan bahwa, dulunya Sejarah Candi Jiwa merupakan sebuah candi dengan bentuk teratai yang diatasnya terdapat stupa Budha yang agung .

Setelah pemugaran, Candi ini memang terlihat lebih bisa dinikmnati dari pada sebelumnya. Terlihat pelipit pata (patta) yang menyusun daerah kaki candi, Pelipit setengah lingkaran (kumuda) dan pelipit penyangga (uttara). Terdapat sambungan bata pada bagian kaki dimana dilapisi dengan stucco (lapisan tipis berwarna putih). Dari sini, mungkin para ahli memperkirakan dahulu candi jiwa dilapisi dengan Stucco. Diatas bagian kaki candi terdapat lingkaran yang terbuat dari batu bata dengan garis tengah sekitar 6 meter. Dimana terdapat gelombang sehingga terkesan seperti kelopak bunga teratai.

Konon, Desa Segaran dulunya adalah sebuah danau yang terbentuk karena Sungai Citarum. Dan Lokasi Candi berada didalam danau. Hal ini dibuktikan dengan nama dari desa tersebut yaitu Segaran, yang dimana dalam bahasa Sansekerta berarti laut, telaga ataupun danau.Jadi dari hal ini dapat disimpulkan bahwa Candi Jiwa dahulu merupakan sebuah mahakarya sang Budha yang berada diatas bunga teratai yang mengapung diatas perairan.

Situs Di sekitar Candi Jiwa

1. Unur Danar (Segaran III) dan Segaran IV

Unur Danar ini merupakan bangunan yang berukuran 20 x 15 meter dimana bangunan ini disinyalir sebagai kaki candi saja. Pada bagian barat terdapat tangga yang sudah rusak. Sedangakan unur segaran IV terdapat banunan berukuran 6.5 x 6.5 meter dan dibagian tenggara terdapat tangga yang juga sudah rusak.

2. Unur Blandongan (Segaran VI)

Unur Blandongan atau candi Blandongan merupakan situs di sekitar candi Jiwa yang memiliki bentuk paling sempurna jika dibandingkan candi-candi lainya. Memiliki ukuran 25×25 meter. Terdapat anak tangga pada setiap sisinya. Pada bagian bawah candi terdapat lorong yang memisahkan antara bangunan berlapik dan juga dinding samping. Terdapat bangunan ditengah dengan ukuran 12×12 meter. Di Candi ini juga ditemukan beberapa tablet yang berukir relief Budha. Selain itu juga ditemukan tablet yang bertuliskan huruf pallawa.

3. Unur Sumur (Segaran IX)

Bangunan ini hanya bangunan berbentuk persegi panjang dengan panjang sekitar 11 meter, dan lebar sekitar 7,5 meter. Merupakan sebuah kolam dengan kedalaman masih belum diketahui. Tebal dinding sebelah timur mencapai 4 meter dan di dinding lain 1,7 meter.

4. Unur Serut (Telagajaya I)

Unur serut ini berukuran 22 x 10 meter, bangunan di unur ini sudah rusak parah. Terdapat mungkin lebih dari satu candi di unur ini. Dimana salah satu bangunan memiliki ukuran 8 meter dan ada yang berukuran 6 meter. Disini juga ditemukan ornament yang dilapisi dengan stucco. Dan juga ada beberapa arca berbentuk hewan dan manusia.

5. Unur Asem (Telagajaya V)

Terdapat bangunan dengan bentuk persegi dengan ukuran 10×10 meter. Terdapat tangga yang berada di timur laut dan tenggara dan dibagian atas terdapat bangunan yang sudah rusak yang terlihat seperti sebuah lingkaran

6. Telagajaya VIII

Terdapat bangunan yang berukurn 6 x 4 meter dan terdapat tangga dibagian timur lautnya. Dan ditengan candi terdapat sumuran yang berukuran sekitar 1,8 x 1,7meter.

Lokasi Candi Jiwa dan Kompleks Candi Batujaya

Kompleks Candi Batujaya diperkirakan tersebar di area seluas 5 km persegi, yang meliputi dua desa di dua kecamatan yaitu Desa Telagajaya, Kecamatan Pakisjaya dan Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat. Dimana dalam kompleks Candi Batujaya juga diisi dengan area persawahan dan perumahan penduduk.

Candi Jiwa juga terletak tidak jauh dari pantai utara jawa dan juga hanya berjarak 500 meter dari sungai Citarum. Karena sungai Citarum keadaan tanah di area kompleks Candi selalu basah meskipun musim kemarau. Candi jiwa juga hanya terletak sekitar 15 kilometer arah timur laut dari situs Cibuaya, yang merupakan salah satu situs agama Hindu dan pra-Hindu yang diperkirakan dibangun pada abad pertama Masehi. Situs ini juga tercantum dalam tulisan dari Fa Hsien dimana disitu merupakan sebuah kerajaan yang memiliki banyak penganut agama Budha dan juga banyak dijumpai brahmana dan agama-agama non Budha.

Untuk menuju ke Candi Jiwa anda bisa mencapainya dengan mobil maupun motor. Dengan rute berikut ini.

  • Jika anda dari Jakarta dan menggunakan mobil, anda bisa masuk ke Jalur tol Cikampek.
  • Keluar dari pintu tol di Km 49 yang berada di Karawang Barat
  • Setelah keluar tol, anda bisa menuju kearah rengasdengklok
  • Susuri jalan hingga sampai di Terinal Rengasdengklok, Lalu Belok kanan
  • Hingga anda melihat Plang bertuliskan Batujaya, anda bisa mengikuti rambu jalan tersebut.
  • Dari situ anda Kompleks Candi berjarak 20 km

Kondisi jalan sudah mulus dengan beton saat menuju ke arah kompleks candi. Namun, jalan agak sedikit kecil,  Jadi anda bisa sedikit hati-hati untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Karena jarak antar candi di kompleks percandian Batujaya ini terpisah jauh, maka pemerintah setempat membuat jalan setapak selebar 1 meter yang memudahkan anda untuk mengeksplore seluruh candi di Kompleks ini. Jadi itulah pembahasan mengenai Sejarah Candi Jiwa yang bisa kita pelajari.

The post Sejarah Candi Jiwa Karawang (Jawa Barat) Paling Lengkap appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Sejarah Candi Sewu Singkat dan Legendanya (#Lengkap) /agama/buddha/sejarah-candi-sewu Sat, 07 Apr 2018 06:07:32 +0000 /?p=883 Indonesia merupakan salah satu negara dengan bangunan peninggalan candi yang cukup banyak. Kebanyakan candi-candi di Indonesia adalah peninggalan dari kerajaan Budha dan Hindu yang dulunya pernah berdiri di Indonesia. Salah…

The post Sejarah Candi Sewu Singkat dan Legendanya (#Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Indonesia merupakan salah satu negara dengan bangunan peninggalan candi yang cukup banyak. Kebanyakan candi-candi di Indonesia adalah peninggalan dari kerajaan Budha dan Hindu yang dulunya pernah berdiri di Indonesia. Salah satu nya adalah Candi Sewu, dimana legenda dan sejarah candi sewu sangatlah populer di kalangan masyarakat Indonesia.

Candi Sewu juga disebut sebagai candi Manjusringhra yaitu candi yang diklaim sebagai candi peninggalan  Budha yang masih berdiri kokoh hingga sekarang. Kompleks Candi ini juga diklaim sebagai candi Budha terbesar kedua di Indonesia, tentunya setelah candi Borobudur. Bahkan Candi Sewu diperkirakan berdiri lebih awal dibandingkan dengan Candi Borobudur.

Sejarah Candi Sewu

Sejarah Candi SewuCandi Sewu terletak di Kabupaten Klaten Jawa Tengah, tepatnya di Kecamatan Prambanan. Dan hanya berjarak 800 meter dari Candi Prambanan yang merupakan salah satu candi peninggalan Hindu di Indonesia. Jika pintu masuk candi prambanan menghadap ke Selatan, candi Sewu justru sebaliknya, yaitu mengahadap ke Utara. Jadi jika anda mengunjungi situs sejarah di Candi Prambanan, sempatkan untuk menjelajahi keindahan candi Sewu.

Disebut candi Sewu karena memiliki jumlah candi yang cukup banyak yang seolah-olah berjumlah seribu. Karena kata ‘sewu’ dalam bahasa Jawa berarti seribu. Namun, jumlah candi yang berada di kompleks candi sewu tidaklah benar-benar seribu, candi di kompleks candi ini hanya berjumlah 249 candi. Dan juga penamaan ini juga dikaitkan dengan cerita legenda kisah cinta antara Loro Jonggrang dan Bandung Bondowoso.

Terlepas mitos yang beredar di Masyarakat. Candi sewu diperkirakan didirikan pada abad ke-8 pada masa dinasti Syailendra, dimana pembangunan Candi Sewu hampir bersamaan dengan pembangunan Candi Borobudur di daerah Magelang. Hal ini, didasarkan dalam penemuan prasasti pada tahun 1960-an dimana pada Prasasti Kelurak tercantum tahun 782 Masehi dan juga Prasasti Manjusringrha yang bertuliskan 792 Masehi.

Dalam prasasti tersebut juga tertulis nama asli dari Candi sewu yaitu “Prasada Vajrasana Manjusigra” dimana jika dijabarkan akan bermakna Sebuah Candi tempat Wajra bertahta untuk mencapai Bodhisitwa (Prasarada berarti kuil atau candi ; Vajrasana berarti tempat wajre bertakhta; Manjusrigra merupakan tempat untuk memperoleh Bodhisatwa.

Dan juga berdasarkan prasasti Kelurak dan Manjusinggrha yang ditemukan pada tahun 782 Masehi dan 792 Masehi. Candi ini dibangun pada masa kepemimpinan kerajaan mataram kuno di bawah pemerintahan Rakai Panangkaran yang merupakan Raja terpopuler di dinasti Syailendra, dimana beliau memerintah pada tahun 746 Masehi hingga 784 Masehi. Hingga pada akhirnya dilakukan perbaikan dan pembangunan ulang oleh seorang pangeran dari dinasti Sanjaya, yaitu Rakai Pikatan yang menikah dengan salah satu puteri dari dinasti Syailendra, yaitu, Pramodhwardhani. Dan mulai saat itu pemerintahan diambil alih oleh Dinasti Sanjaya.

Meskipun Dinasti Sanjaya berbeda agama dengan Dinasti Syailendra yang menganut agama Budha. Pemerintahan dinasti Sanjaya tetap membiarkan rakyatnya memeluk agama sebelumnya dimana Cani Sewu dijadikan sebagai tempat peribadatan utama bagi para penganut agama Budha. Hal inilah yang mendasari kenapa Candi Sewu yang bercorak agama Budha bisa berdampingan dengan Candi Prambanan yang notabene bercorak agama Hindu. Dan hingga saat ini masih bisa kita nikmati keindahan keduanya. Hal ini juga membuktikan bahwa pada zaman dahulu sudah terjalin hubungan yang harmonis antar umat beragama di Indonesia.

Hingga pada tahun 2006, terjadi gempa besar yang mengguncang Yogya dan Sekitarnya dimana gempa tersebut merusak beberapa bangunan candi Sewu. bagian yang paling parah terkena dampak dari gempa tersebut adalah bagian utama candi, dimana beberapa batu dari bangunan jatuh ke tanah dan terlihat beberapa retakan di candi.

Hingga pada akhirnya dipasang kerangka besi untuk membuat candi ini tegak lagi dan menahan agar Candi utama di candi sewu bisa tetap berdiri kokoh. Setelah Candi sewu diperbaiki, Situs candi ini dibuka lagi untuk para penikmat sejarah yang ingin melihat keindahan mahakarya tangan manusia pada zaman dahulu. Meskipun begitu, anda tidak diperkenankan untuk memasuki kawasan Candi utama, Hal ini dikarenakan untuk menjaga keutuhan candi dan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan pada saat itu. Namun, untuk sekarang anda sudah bisa menjelajahi candi utama setelah pelepasan besi-besi penyangga yang digunakan.

Legenda Roro Jonggrang Candi Sewu

Relief Roro JonggrangSejarah Candi Sewu juga dibumbui dengan mitos mengenai terbentuknya candi ini. Dimana berawal dari kematian seorang Raja yang bernama Prabu Boko yang gugur karena serangan dari Bandung Bondowoso. Setelah itu, Bandung Bondowoso bertemu dengan Roro Jonggrang yang tidak lain adalah anak dari Prabu Boko. Bandung Bondowoso terkesima dengan kecantikan Roro Jonggrang.

Hingga pada akhirnya Bandung Bondowoso memutuskan untuk menyunting Roro jonggrang sebagai permaisurinya. Namun, Roro Jonggrang tidak langsung menerima lamaran dari Bandung Bondowoso, tetapi memberikan syarat yang mustahil bagi manusia normal, yaitu dengan membuatkan 1000 buah candi hanya dengan satu malam.

Karena Bandung Bondowoso orang yang sakti, dia menerima syarat yang diajukan oleh roro Jonggrang dan meminta bantuan para makhluk halus untuk membangun seribu candi yang dipersyaratkan oleh Roro Jonggrang. Roro Jonggrang pun tidak menyangka karena candi sudah hampir jadi, dan Roro Jonggrang pun tidak tinggal diam. Dia menyuruh wanita-wanita desa untuk memukul lesung dan membangunkan ayam-ayam agar berkokok, sehingga para makhluk halus mengira hari sudah mulai pagi.

Dan siasat dari roro jonggrang pun terbukti manjur, hingga pada akhirnya para makhluk halus pun mengira pagi sudah menyingsing dan mereka berhenti membantu Bandung Bondowoso. dan hingga waktunya habis, ternyata Bandung Bondowoso hanya bisa menyelesaikan 999 candi. Hal tersebut membuat Bandung Bondowoso murka dan mengutuk Roro Jonggrang menjadi batu dan menjadikan candi yang keseribu. Melengkapi persyaratan yang diajukan oleh Roro Jonggrang.

Kompleks Candi Sewu

Kompleks Candi SewuCandi Sewu memiliki luas area sekitar 185 meter x 165 meter. Dimana  candi sewu merupakan kompleks candi Budha terbesar kedua di Indonesia. Terdapat empat pintu masuk menuju komplek candi Sewu yang berada di timur, selatan, barat, dan utara. Namun jika anda cermati dari bangunanya, Pintu masuk utama dari candi ini terletak di sebelah timur.

Di masing-masing pintu candi, dijaga oleh dua patung raksasa yang berukuran cukup besar, tingginya saja mencapai 2,3 meter. Patung-patung ini juga dinamakan Dwarapala. Patung-patung Dwarapala yang ada di candi sewu masih berdiri tegak dan utuh hingga sekarang. Selain itu, anda juga bisa melihat replika dari patung dwarapala ini di keraton Yogyakarata.

Candi-candi ini membentuk sebuah pola; dimana dalam kepercayaan agama Budha Mahayana; pola ini disebut sebagai Mandala Wadjradhatu, yang melambangkan perwujudan alam semesta dimana terdapat satu candi pusat di tengahnya dan dikelilingi candi-candi yang lebih kecil yang disebut candi perwara dan candi penjuru. sedangkan di belakang candi perwara dan penjuru juga terdapat 2 bangunan candi kembar yang berada di masing-masing arah mata angin. Namun, sekarang hanya tersisa dua candi di sebelah timur dan satu candi yang berada di sebelah utara. Namun, ada penelitian yang menunjukkan bahwa candi tersebut memang belum selesai dibangun.

1. Candi Utama

candi utama candi sewuCandi utama ini merupakan candi terbesar yang berada di kompleks candi Sewu, dimana candi ini juga berada di tengah-tengah candi-candi pendampingnya yang mengelingi candi ini. Dan Candi ini memiliki tinggi sekitar 30 meter dengan dimater bangunan kurang lebih 29 meter. Selluruh bangunan candi utama dibangun menggunakan batu andesit.

Bangunan candi utama pada dasarnya berbentuk poligon dengan jumlah sisi sebanyak 20. Sedangkan pada setiap sudut yang menghadap penjuru mata angin memiliki  bagian yang sedikit menjorok keluar. dan juga terdapat tangga di masing-masing sudut mata anginya. Diatas bangunan candi utama terdapat susunan stupa.

Menurut beberapa penelitian, pada awalnya Candi utama Candi Sewu hanya terdapat satu ruang utama, hingga kemudian seiring berjalanya waktu ditambah dengan beberapa modifikasi, hingga menjadi lima ruang seperti sekarang ini. Ruang utama di candi ini terdapat landasan yang berbentuk bungai teratai, dan menurut dugaan, dulunya di atas bunga teratai tersebut terdapat patung Budha setinggi 4 meter yang terbuat dari perunggu. Namun sepertinya sudah dijarah oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab sehingga hanya menyisakan landasan yang berbentuk seperti bunga teratai.

2. Candi Perwara

Candi Perwara merupakan candi yang mengelilingi candi utama. Berjumlah 240 candi yang memiliki bentuk hampir mirip dengan candi utama, Namun memiliki ukuran yang lebih kecil. Pada dasarnya candi perwara tersusun atas 4 baris konsentris diantaranya yaitu:

  • Pada Baris pertama terdapat 28 buah candi Perwara
  • Baris Kedua terdapat 44 buah candi Perwara
  • Di Baris Ketiga terdapat 80 buah candi Perwara
  • Baris Keempat terdapat 88 buah candi Perwara

Terdapat Archa Dhayani Budha di dalam Candi Perwara. Dimana jika dikelompokkan terdapat empat jenis Archa yang hampir serupa dengan archa-archa yang terdapat di candi Borobudur.

3. Candi Pengapit

Sedangkan disela-sela barisan terluar candi Perwara terdapat candi Pengapit yang berjumlah 8 buah. Dimana candi pengapit merupakan gerbang pintu masuk menuju candi utama. Candi pengapit juga terdapat di 4 sisi mata angin, yaitu di timur, selatan, barat dan utara. Serta memiliki tinggi sekitar 1 meter. Candi ini juga dihiasi beberapa relief pahatan kalamakaraa. Serta juga terdapat sosok pria yang berdiri dengan memegang setangkai bungai teratai dengan pakaian seperti dewa. Sedangkan diatas candi pengapit berbentuk stupa besar ditengah dan dikelilingi stupa-stupa kecil disampingnya.

Lokasi Candi Sewu

Candi Sewu Terletak di perbatasan antara Provinsi Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Desa Bugisan, Prambanan, Klaten, Jawa Tengah. Candi ini terletak tidak jauh dari Candi Prambanan yang merupakan tempat ibadah agama Hindu dan sekarang Candi Sewu masuk ke dalam kompleks wisata candi Prambanan. Hal ini juga tidak terlepas dari sejarah candi Sewu, bahwa masyarakat Indonesia saling menghormati antar umat beragama. Selain itu, disekitar kompleks wisata candi prambanan  dan candi Sewu juga terdapat beberapa candi-candi yang bisa anda jelajahi diantaranya yaitu:

  • Candi Bubrah candi agama Budha, masih merupakan candi satu kompleks dengan wisata candi prambanan
  • Candi Lumbung, candi ini terletak di sebelah selatan candi Sewu dan candi Bubrah serta berada di  sebealah utara candi Prambanan
  • Candi Gana, yang berada di sebelah Timur kompleks candi Sewu dan hanya berjarak 300 meter
  • Candi Kulon, sama seperti namany, Candi ini terletak di sebelah barat kompleks candi Sewu dan berjarak kira-kira 300 meter
  • Candi Lor, Terletak di sebelah utara kompleks candi sewi dan hanya berjarak 200 meter dari candi sewu

Kompleks Candi diatas juga ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia. Anda dapat masuk ke kompleks candi ini hanya dengan membayar Rp. 30.000

The post Sejarah Candi Sewu Singkat dan Legendanya (#Lengkap) appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
31 Candi Peninggalan Budha di Indonesia /agama/buddha/candi-peninggalan-budha Mon, 10 Oct 2016 03:21:13 +0000 /?p=173 Agama Budha yang masuk ke Indonesia sejak abad ke 2 Masehi telah banyak mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya Indonesia serta mengubah kepercayaan penduduk…

The post 31 Candi Peninggalan Budha di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>
Agama Budha yang masuk ke Indonesia sejak abad ke 2 Masehi telah banyak mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat, seperti aspek kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya Indonesia serta mengubah kepercayaan penduduk Indonesia yang awalnya animisme dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Sidharta Gautama. Agama Budha telah meninggalkan beberapa bangunan bernilai historis tinggi berupa candi-candi yang kini tersebar di Pulau Jawa maupun luar Jawa.

Candi merupakan salah satu jenis karya seni tiga dimensi yang digunakan untuk tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahameru, sehingga seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru. Candi biasanya merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban Buddha.

Bangunan candi sering digunakan sebagai tempat pemujaan atau memuliakan Buddha. Selain itu, Istilah ‘candi’ tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs purbakala non-religius dari masa Buddha Indonesia klasik juga disebut dengan istilah candi.

Ciri-ciri candi Budha yaitu:

  1. Adanya stupa pada puncak candi, seperti seperti abu jenazah, kerangka, potongan kuku, rambut atau gigi yang dipercaya milik Buddha Gautama/ Bhiksu Buddha terkemuka/ keluarga kerajaan penganut Buddha,
  2. Adanya arca Buddha Gautama
  3. Adanya relief yang mengisahkan ajaran agama Budha
  4. Bentuk bangunan bertingkat dan cenderung tambun
  5. Fungsi utamanya sebagai tempat pemujaan
  6. Struktur candi terbagi menjadi 3 yaitu kamadatu, rupadatu dan arupadatu
  7. Pada pintu candi terdapat Kala dengan mulut menganga dengan makara ganda di masing – masing sisi pintu tanpa rahang bawah.
  8. Candi utama berada di tengah candi-candi kecil, seperti Candi Borobudur

Berikut ini adalah beberapa candi peninggalan agama Budha di Indonesia :

  1. Candi Borobudur

Candi Borobudur adalah candi peningalan agama Budha dan termasuk salah satu dari 7 keajaiban dunia. Candi ini terletak di Magelang, Jawa Tengah, kurang lebih 100 km arah Barat Daya kota Semarang atau 40 km arah Barat Laut kota Yogyakarta dan 86 km di sebelah barat Surakarta. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800 Masehi masa pemerintahan wangsa Syailendra dari kerajaan Mataram.

Candi Borobudur berbentuk punden berundak dengan 6 tingkat bagian bawah berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat bagian atas berbentuk bundar melingkar. Di puncak candi, ada sebuah stupa utama yang teletak di tengah sekaligus memahkotai candi dan dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca Buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).

Candi Borobudur merupakan batu yang dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha dan sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia sesuai ajaran agama Buddha. Kini, Candi Borobudur juga digunakan sebagai tempat wisata yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

  1. Candi Mendut

Candi dengan tinggi bangunan 26,4 meter ini terletak di Jalan Mayor Kusen, Desa Mendut, Kecamatan Mungkid, Magelang, Jawa Tengah. Letak candi berada sekitar 3 kilometer dari candi Borobudur dan diperkirakan dibuat pada masa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra sekitar tahun 824 Masehi. J.G. de Carparis seorang arkeolog Belanda menemukan jejak keberadaan candi ini pada tahun 1908.

Di dalam Prasasti Karangtengah, disebutkan bahwa Raja Indra membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu. Candi ini dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan, seperti bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda. Candi yang terbuat dari batu bata dengan penutup batu alam ini terletak pada sebuah basement yang tinggi.

Tangga naik dan pintu masuk candi menghadap ke barat-daya; atap candi bertingkat tiga dan dihiasi dengan 48 stupa-stupa kecil; bagian atas basement terdapat lorong yang mengelilingi tubuh candi. Di bagian depan Arca Buddha, terdapat relief berbentuk roda dan diapit sepasang rusa yang melambangkan Buddha; sebelah kiri terdapat arca Awalokiteśwara (Padmapāņi) dan sebelah kanan arca Wajrapāņi. Relief-reliefnya yaitu berbentuk ukiran Rrahmana dan seekor kepiting; angsa dan kura-kura; Dharmabuddhi dan Dustabuddhi dan dua burung betet yang berbeda.

Baca juga:

  1. Candi Ngawen

Candi Ngawen yang terletak di desa Ngawen, Magelang, dibangun pada masa kekuasaan wangsa Syailendra atas Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini terdiri dari dua candi kecil yang dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Relief di sisi candi terdapat ukiran Kinnara, Kinnari dan kala-makara. Candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 zaman Kerajaan Mataram Kunoa sekitar tahun 824 M.

  1. Candi Lumbung

Candi Lumbung yang dibuat pada abad ke-9 Masehi di masa Kerajaan Mataram Kuno ini  berada di sebelah candi Bubrah, Klaten. Candi Lumbung merupakan kumpulan dari suatu kompleks candi utama bertema Buddha yang dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus dan banyak dikunjungi para wisatawan mancanegara.

  1. Candi Banyunibo

Candi Banyunibo dibangun pada zaman Kerajaan Mataram Kuno sekitar abad ke-9 M dan terdapat sebuah stupa di bagian atasnya yang menjadikan ciri khas dari candi bercorak Buddha. Candi Banyunibo yang berarti air jatuh menetes (dalam bahasa Jawa) terletak di sebelah timur kota Yogyakarta dan berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko. Ciri-ciri dari terdapat ukiran relief kala-makara. Candi yang mempunyai bagian ruangan tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an, dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.

  1. Candi Muara Takus

Candi Muara Takus yang terbuat dari batu sungai, batu pasir dan batu bata ini terletak di Desa Muara Takus, Riau, tepatnya di 134 km dari arah Barat kota Pekanbaru. Di dalamnya, terdapat beberapa bangunan candi yaitu Candi Sulung/ Tua, Bungsu, Mahligai dan Palangka. Para pakar belum dapat menentukan secara pasti kapan candi didirikan, tetapi candi ini dianggap telah ada pada zaman keemasan Sriwijaya.

Kompleks candi tertua di Sumatera ini dikelilingi tembok berukuran 74 x 74 meter dan tembok tanah sebesar 1,5 x 1,5 kilometer yang mengelilingi kompleks sampal ke pinggir Sungai Kampar Kanan, Riau. Candi ini dicalonkan untuk menjadi salah satu situs warisan dunia UNESCO pada tahun 2009

  1. Candi Brahu

Candi Brahu yang didirikan abad ke 15 Masehi ini dibangun dengan gaya dan kultur Buddha. Candi peninggalan agama Budha ini digunakan sebagai krematorium jenazah raja-raja Kerajaan Brawijaya. Candi ini merupakan salah satu candi yang terletak di dalam kawasan situs arkeologi Trowulan, yang berada satu kompleks vihara dengan Patung Buddha Tidur, Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sejarah patung buddha tidur pun tak berbeda jauh dengan sejarah candi brahu.

Candi yang berasal dari kata wanaru atau warahu dibangun dengan batu bata merah, menghadap ke arah barat dengan panjang sekitar 22,5 m, lebar 18 m dan ketinggi 20 meter. Di sekitar candi ini terdapat candi-candi kecil, yaitu Candi Muteran, Candi Gedung, Candi Tengah, dan Candi Gentong.

  1. Kompleks Percandian Batujaya

Kompleks Percandian Batujaya merupakan kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuno yang terletak di Kecamatan Batujaya, Karawang, Jawa Barat. Ciri-ciri percandian ini hanya ditemukan bagian kaki atau dasar bangunan, kecuali sisa bangunan di situs Candi Blandongan. Candi-candi yang sebagian besar berada di dalam tanah berbentuk gundukan bukit.

Artikel Terkait:

  1. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan hanya berupa stupa kaki dan badan ini terletak di Desa Toyomarti, Kecamatan Singosari, Malang dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari. Candi ini dibuat dari batu andesit dengan panjang 6,25 m, lebar 6,25 m dan tinggi 5,23 m dan dibangun pada ketinggian 650 mdpl, di kaki bukit Gunung Arjuna. Candi ini dikelilingi sebuah telaga yang sangat bening airnya, sehingga candi ini sering disebut Candi Rawan.

Di atas kaki candi ini berdiri stupa berbentuk bujur sangkar, segi delapan dengan bantalan Padma, dan bagian atasnya berbentuk genta (stupa) yang puncaknya telah hilang. Diperkirakan candi ini dahulu memang didirikan untuk pemujaan. Bentuk stupa candi ini menunjukkan latar belakang keagamaan yang bersifat Buddhisme.

  1. Candi Sewu

Candi Sewu (Manjusrughra) merupakan candi Buddha terbesar kedua setelah Candi Borobudur yang berada di dalam kompleks Candi Prambanan. Candi Sewu diperkirakan dibangun pada saat kerajaan Mataram Kuno oleh raja Rakai Panangkaran (746 – 784) abad ke-8. Di dalam candi sebenarnya hanya terdapat 249 candi, namun karena legenda Roro Jonggrang, candi ini dinamakan candi sewu (seribu) karena jumlah candi yang sangat banyak. Kompleks Candi Sewu terletak di Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Klaten, Jawa Tengah.

Berdasarkan Prasasti Kelurak dan Prasasti Manjusrigrha, nama asli candi ini adalah ”Prasada Vajrasana Manjusrigrha”. Prasada ini artinya candi atau kuil, sedangkan Vajrajasana artinya tempat Wajra (intan atau halilintar) bertakhta, sedangkan Manjusri-grha artinya rumah Manjusri, salah satu Boddhisatwa dalam ajaran buddha.

  1. Candi Kalasan

Candi Kalasan (Candi Kalibening) merupakan sebuah candi yang dikategorikan sebagai candi umat Buddha di desa Kalasan, Sleman, Yogyakarta  Candi yang memiliki 52 stupa ini dibangun untuk menghormati Bodhisattva wanita, Tarabhawana dan dibangun untuk Maharaja Tejapurnapana Panangkaran (Rakai Panangkaran) dari keluarga Syailendra pada tahun 778 M. Candi setinggi 24 m dengan pondasi berbentuk Greek Cross  ini dipahat dan dilapisi getah yang berfungsi sebagai pelindung lumut.

  1. Candi Bahal

Candi Bahal yang terbuat dari bata merah ini merupakan kompleks Candi Buddha yang terletak di Desa Bahal, Kecamatan Padang Bolak, Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Candi ini memiliki 3 Biaro Bahal yang saling berhubungan dan dalam satu garis yang lurus; dibuat dari bata merah, kecuali arca-arcanya yang terbuat dari batu keras. Candi ini berasal dari Kerajaan Pannai (pelabuhan di pesisir Selat Malaka) dengan hiasan papan-papan sekelilingnya terukir tokoh Yaksa berkepala hewan, yang sedang menari-nari. Di sisi timur candi terdapat gerbang yang menjorok keluar dan di kanan-kirinya diapit oleh dinding setinggi sekitar 60 cm.

  1. Candi Pawon

Candi Pawon adalah nama sebuah candi Budha yang berada di antara Candi Mendut dan Candi Borobudur, Kabupaten Magelang. Candi yang dibangun saat Kerajaan Mataram Kuno abad ke 826 M memiliki ciri-ciri terdapat 3 buah gambar di bagian depannya, banyak dihiasi stupa dan emiliki 2 buah jendela kecil di belakang temboknya. Dinding-dinding luar Candi Pawon dihias dengan relief pohon hayati (kalpataru) yang diapit pundi-pundi dan kinara-kinari (mahluk setengah manusia setengah burung/berkepala manusia berbadan burung).

  1. Kompleks Candi Muaro Jambi

Kompleks Percandian Muara Jambi adalah sebuah kompleks percandian agama Buddha yang terluas di Indonesia dan merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Melayu. Kompleks percandian yang berasal dari abad ke-11 M ini terletak di Kecamatan Muara Sebo, Kabupaten Muara Jambi, Jambi. Sejak tahun 2009 Kompleks Candi Muaro Jambi telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.

Kompleks percandian Muaro Jambi terletak pada tanggul alam kuno Sungai Batanghari dan mempunyai luas 12 km persegi, panjang lebih dari 7 kilometer serta luas sebesar 260 hektar yang membentang searah dengan jalur sungai. Kompleks percandian ini berisi 61 candi yang sebagian besar masih berupa gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas (diokupasi).

  1. Candi Plaosan

Candi Plaosan merupakan sebutan untuk kompleks percandian yang terletak di Dukuh Plaosan, Klaten, Jawa Tengah. Kompleks candi ini dibangun pada abad ke-9 oleh Raja Rakai Pikatan dan Sri Kahulunan pada zaman Kerajaan Mataram Kuno serta memiliki arca Buddha dan candi-candi perwara (pendamping/kecil) yang berbentuk stupa. Kompleks ini terdiri atas Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul yang dikelilingi oleh 116 buah stupa pewara dan 50 candi pewara serta terdapat 6 buah arca di dalam kamar candi induk.

Artikel Terkait:

  1. Candi Sari

Candi Sari adalah candi Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Kalasan dan Candi Prambanan, yaitu di bagian sebelah timur laut dari kota Yogyakarta dan tidak begitu jauh dari Bandara Adisucipto. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 M dan terdapat 9 buah stupa yang tersusun dalam 3 deretan sejajar. Bentuk bangunan candi dan ukiran relief yang ada pada dinding candi sangat mirip dengan relief di Candi Plaosan. Masing-masing stupa ini digunakan untuk tempat meditasi bagi para pendeta Buddha (bhiksu) dan digunakan untuk tempat belajar dan berguru bagi para bhiksu.

  1. Candi Sojiwan

Candi Sojiwan adalah sebuah candi Buddha yang terletak di desa Kebon Dalem Kidul, kecamatan Prambanan, kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Ciri khas candi ini ialah adanya 20 relief di kaki candi yang berhubungan dengan cerita-cerita Pancatantra atau Jataka dari India. Candi Sojiwan dibangun antara tahun 842 dan 850 Masehi. Candi ini dinamai seperti nama Ratu Nini Haji Rakryan Sanjiwana, yang dipercaya dipersembahkan untuknya sebagai candi pedharmaan.

Kompleks candi ini menghadap ke barat dengan luas seluruhnya 8.140 meter persegi dan tinggi 27 meter. Pada kaki candi ini terukir relief fabel kisah satwa Jataka mengelilingi kaki candi dan di sisi timur tangga candi ini diapit arca makara; pada ujung atas tangga terdapat gawang pintu gerbang berukir kala.

  1. Candi Sanggrahan

Candi Sanggrahan adalah candi umat Budha yang terletak di Desa Sanggrahan, Tulungagung, Jawa Timur. Candi yang merupakan peninggalan sejarah kerajaan majapahit ini berbentuk bujursangkar dan dibangun sekitar tahun 1350. Dulu, candi ini adalah tempat penyimpanan abu kerabat raja Majapahit. Bagian kaki candi setinggi dua meter dan terdapat dinding relief harimau. Di bagian tangga ada reruntuhan batu bekas gapura.

  1. Candi Jago

Candi Jago dibangun pada tahun 12 M dan terletak di Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi Jago didirikan pada masa Kerajaan Singhasari dengan ciri-ciri terdapat beberapa relief Kunjarakarna dan Pancatantra serta bagian atas candi hanya tersisa sebagian karena tersambar petir. Candi ini tersusun atas bahan batu andesit dan disusun seperti teras punden berundak dengan panjang 23,71 m, lebar 14 m dan tinggi 9,97 m.

  1. Kompleks Percandian Batujaya

Kompleks Percandian Batujaya adalah sebuah suatu kompleks sisa-sisa percandian Buddha kuno yang terletak di tengah-tengah daerah persawahan dan sebagian di dekat permukiman penduduk serta tidak berada jauh dari garis pantai utara Jawa Barat (Ujung Karawang) Kecamatan Batujaya, Karawang, Jawa Barat. Situs ini disebut percandian karena terdiri dari sekumpulan candi yang tersebar di beberapa titik. Percandian ini memiliki luas 5 km2 dan tidak pernah kering sepanjang tahun, baik pada musim kemarau ataupun pada musim hujan.

21. Candi Jiwa

Struktur bagian atas candi berbentuk seperti bunga padma (bunga teratai) yang bagian tengahnya terdapat denah struktur melingkardan tidak adanya tangga di dalamnya. Bangunan Candi Jiwa terbuat dari lempengan-lempengan batu bata. Kata Jiwa berasal dari sifat unur (gundukan tanah yang mengandung candi) yang dianggap mempunyai “jiwa”. Bentuk paleografi tulisan beberapa prasasti ditemukan di candi ini dan cara analogi tipologi temuan-temuan arkeologi, seperti keramik Cina, gerabah, votive tablet, lepa (pleister), hiasan arca-arca stucco dan bangunan bata banyak membantu.

22. Candi Bojongmenje

Candi Bojongmenje merupakan komplek purbakala agama Budha dan merupakan peninggalan masa pra-Islam di Jawa Barat yang terletak di Dusun Bojongmenje, Kelurahan Cangkuang, Kecamatan Rancaekek, Bandung, Jawa Barat. Situs ini terletak di dekat kawasan industri, sehingga keberadaannya terancam. Candi Bojongmenje diduga luasnya sekitar enam kali enam meter dan diduga pula candi-candi sejenis yang didirikan oleh masyarakat tersebut sebagai tempat ibadahnya.

23. Candi Bubrah

Candi Bubrah adalah salah satu candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan di antara Percandian Rara Jonggrang dan Candi Sewu. Candi ini terletak di Dukuh Bener, Desa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah. Candi ini bernama ‘Bubrah’ karena keadaan candi ini ditemukan dalam keadaan rusak (bubrah dalam bahasa Jawa).

Candi ini dibangun pada zaman Kerajaan Mataram Kuno abad ke-9. Candi ini mempunyai ukuran 12 m x 12 m terbuat dari jenis batu andesit, dengan sisa reruntuhan setinggi 2 meter saja. Saat ditemukan masih terdapat beberapa arca Buddha, walaupun tidak utuh lagi.

24. Candi Gampingan

Candi Gampingan adalah sebuah kompleks candi Buddha yang berada di Dusun Gampingan, Bantul, Yogyakarta. Candi ini dibangun pada sekitar abad ke-8 dan ke-9 zaman Kerajaan Mataram Kuno. Saat ditemukannya candi ini pada tahun 1995 oleh pembuat bata, candi ini masih terpendam tanah. Walaupun sampai sekarang belum sepenuhnya selesai dipugar, kompleks reruntuhan candi terlihat mempunyai tujuh buah bangunan candi yang tidak utuh, dengan bangunan utama berukuran kira-kira 5 m x 5 m dan tinggi 1,2 meter.

Dalam candi ini terdapat tiga buah arca Dhyani Buddha Wairocana yang terbuat dari perunggu, dua buah arca Jambhala dan Candralokeswara dari batu andesit, benda-benda dari emas, dan beberapa benda keramik. Bagian kaki Candi Gampingan terdapat relief binatang katak dan unggas. Candi Gampingan merupakan tempat pemujaan agama Buddha aliran Mahayana karena didalam candi terdapat arca Jambhala dan Dhyani Buddha Wairocana milik aliran Budha Mahayana.

  1. Situs Ratu Baka

Situs Ratu Baka atau Candi Boko adalah situs purbakala yang merupakan kompleks sejumlah sisa bangunan yang terletak di sebuah bukit pada ketinggian 196 meter dari permukaan laut dengan luas keseluruhan kompleks sekitar 25 hektar. Candi Boko berada 3 km di sebelah selatan kompleks Candi Prambanan, 18 km sebelah timur Kota Yogyakarta atau 50 km barat daya Kota Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia. Ratu Boko diperkirakan sudah dipergunakan orang pada abad ke-8 pada masa Wangsa Sailendra (Rakai Panangkaran) dari Kerajaan Medang (Mataram Hindu).

Candi ini bukan candi dengan sifat religius, melainkan sebuah istana berbenteng dengan bukti adanya sisa dinding benteng, parit kering sebagai struktur pertahanan dan sisa-sisa permukiman penduduk juga ditemukan di sekitar lokasi situs ini. Nama “Ratu Baka” (bahasa Jawa, arti: raja bangau) adalah ayah dari Roro Jonggrang dijadikan sebagai nama candi utama pada kompleks Candi Prambanan, sehingga kompleks bangunan ini dikaitkan dengan legenda rakyat setempat Roro Jonggrang. Candi ini dicalonkan ke UNESCO untuk dijadikan Situs Warisan Dunia sejak tahun 1995.

26. Candi Tikus

Candi Tikus adalah kolam pemandian ritual (petirtaan) yang menjadi temuan arkeologi paling menarik di Trowulan. Pemberian nama ‘Candi Tikus’ ini karena saat ditemukannya tahun 1914, candi ini menjadi sarang tikus, kemudian dipugar pada tahun 1985 dan 1989. Candi ini terbuat dari bata merah berbentuk cekungan wadah bujur sangkar. Di sisi utara candi terdapat sebuah tangga menuju dasar kolam, namun bangunan ini tidak lagi lengkap dan berbentuk teras-teras persegi yang dimahkotai menara-menara. Dinding selatan struktur utama candi diperkirakan mengambil bentuk gunung legendaris Mahameru.

27. Candi Menak Jingga

Di sudut timur laut Kolam Segaran, terdapat reruntuhan Candi Menak Jingga berupa bebatuan yang terpencar dan fondasi dasar bangunan yang masih terkubur di dalam tanah. Saat ini, pemugaran candi tengah berlangsung. Candi ini terbuat dari batu andesit pada lapisan luarnya, bagian dalamnya bata merah dan bagian atapnya terdapat ukiran Qilin, makhluk ajaib dalam mitologi China. Hal ini menunjukkan mengisyaratkan bahwa terdapat hubungan budaya yang cukup kuat antara Majapahit dengan Dinasti Ming di China.

  1. Candi Mahligai

Candi Mahligai merupakan bangunan candi utuh yang terbagi atas tiga bagian, yaitu kaki, badan dan atap. Candi ini memiliki pondasi persegi panjang berukuran 9,44 m x 10,6 m dan memiliki 28 sisi yang mengelilingi alas candi. Di bagian alas candi terdapat ornamen lotus ganda berbentuk lingkarancdan di bagian tengahnya berdiri bangunan menara silindrik dengan 36 sisi berbentuk kelopak bunga pada bagian dasarnya. Pada keempat sudut pondasi, terdapat 4 arca singa dalam posisi duduk yang terbuat dari batu andesit.

  1. Candi Tua

Candi Tua atau Candi Sulung merupakan bangunan terbesar di antara bangunan lainnya pada situs Candi Muara Takus. Bangunan ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki, badan, dan atap. Tangga masuk candi terdapat di sisi Barat dan sisi Timur yang didekorasi dengan arca singa dengan lebar masing-masing tangga 3,08 m dan 4 m. Pondasi candi ini memiliki 36 sisi yang mengelilingi bagian dasar dan berukuran 31,65 m x 20,20 m. Bagian atas dari bangunan ini adalah lingkaran tanpa ruang kosong sama sekali di bagian dalamnya. Candi ini terbuat dari susunan bata dengan tambahan batu pasir yang hanya digunakan untuk membuat sudut-sudut bangunan.

  1. Candi Bungsu

Candi Bungsu berbentuk tidak jauh beda dengan Candi Sulung, namun bagian atasnya berbentuk segi empat. Candi ini berdiri di sebelah barat Candi Mahligai dengan ukuran 13,20 x 16,20 meter dan di sebelah timurnya terdapat stupa-stupa kecil serta tangga yang terbuat dari batu putih. Bagian pondasi candi ini memiliki 20 sisi, dengan sebuah bidang di atasnya dan terdapat teratai.

31. Candi Palangka

Candi ini terletak di sisi timur Candi Mahligai dengan ukuran tubuh candi 5,10 meter x 5,7 meter dan tinggi sekitar dua meter. Candi ini terbuat dari batu bata dan memiliki pintu masuk yang menghadap ke arah utara serta biasanya digunakan sebagai altar pada masa lampau.

[accordion]
[toggle title=”Artikel Terkait”]

[/toggle]
[toggle title=”Artikel Lainnya”]

[one_fourth]

[/one_fourth]

[one_fourth]

[/one_fourth]

[one_fourth]

[/one_fourth]

[one_fourth_last]

[/one_fourth_last]

[/toggle]
[/accordion]

The post 31 Candi Peninggalan Budha di Indonesia appeared first on Sejarah Lengkap.

]]>